Lihat ke Halaman Asli

Pemuda Menggugat

Diperbarui: 6 November 2021   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi Cipayung plus Jambi 2020 'Menolak Omnibus Law'/Dokpri

Sama halnya pemimpin kita saat ini yang juga merupakan pemuda di masa dahulu, yang cara dan model kepemimpinannya sangat dipengaruhi oleh masa saat dia menjadi pemuda. Tidak mungkin seperti halnya Ir. Soekarno bisa menjadi seorang bapak proklamator kemerdekaan Indonesia jika bukan karena masa mudanya yang luar biasa dalam menyuarakan dan memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa ini.

Pemimpin masa mendatang adalah Pemuda saat ini, maka dari itu kita dituntut untuk menyiapkan diri untuk menghadapi masa itu, sudah saatnya meninggalkan hal-hal yang tidak memberikan faedah yang baik untuk kemajuan masa depan. Sekarang ini bukan lagi masanya bagi seorang pemuda untuk pesimis dengan keadaan bangsa sendiri, sekarang ini adalah masanya seorang pemuda berjuang. 

Memang benar pesan dari Ir. Soekarno bahwa perjuangan Pemuda sekarang lebih berat dari perjuangan para Pemuda terdahulu dalam mengusir para penjajah. "Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri". Perjuangan pemuda sekarang ini dihadapkan bukan berjuang melawan penjajah tapi berjuang dalam melawan anak bangsa sendiri. Yaitu para koruptor, pemimpin zolim, wakil rakyat yang tidak mewakili suara rakyat, sampai para hakim, jaksa dan aparat penegak hukum yang tidak adil.

Wajah-wajah pemimpin yang menguasai jabatan pada masa sekarang yang merupakan para pejuang juga pada masa mudanya. Namun masih belum dapat memberi perubahan yang lebih baik kepada sistem ketatanegaraan kita. Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan sampai pada "pembiaran" pada pemuda agar apatis dan yang kritis terhadap persoalan bangsa, adalah bentuk keinginan "kaum tua" yang ingin terus berkuasa mempertahankan tahtanya, yang sebenarnya sudah rapuh namun masih saja memaksakan untuk berkuasa. 

Mengapa harus takut dengan pemuda yang kritis akan "aib" yang ditanggung rezim yang berkuasa. Mungkin dimata "kaum tua" ketidakadilan yang terjadi di negeri ini adalah hal yang wajar karena memang semangat "kaum tua" tentu sudah mulai padam akan perubahan. Namun tidak dengan Pemuda, yang semangatnya masih menggebu-gebu akan perubahan yang lebih baik, yang memang terkesan "nekad" namun bukan berarti "kaum tua" harus membungkam Pemuda yang memiliki pemikiran kritis.

Pemuda dan "kaum tua" harusnya dapat bersinergi, Pemuda itu ibaratkan pijakan gas yang ingin terus maju dan "kaum tua" ibaratkan rem. Jika keduanya berfungsi dengan baik maka niscaya kita akan sampai pada tujuan dengan selamat, yaitu tujuan akan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Maka dari itu, berilah ruang untuk pemuda dalam menyuarakan suara melawan segala bentuk ketidakadilan dan kesewenang-wenangan, yang mungkin tidak Nampak oleh "kaum tua". Ingatlah bahwa pemuda hari ini adalah penerus dan pemimpin untuk masa mendatang, tolong jangan rusak jiwa idealis dan pikiran kritis kami. Dukung kami pemuda untuk melakukan perubahan ajari kami agar tidak mudah dinilai dengan uang, karena keadilan itu tiada tara bahkan dengan nyawa sekalipun.

Oleh sebab itu Pemuda sekarang haruslah merawat idealisme dan nalar kritis untuk kemajuan bangsa. rasa Lapar adalah energi datangnya pikiran kritis. Sedangkan rasa Kenyang adalah awal dari timbul sifat apatis. Pemuda harus dapat mengendalikan keduanya agar semangat perubahan dalam mewujudkan cita-cita bangsa selalu berkobar. "Jiwa muda adalah jiwa yang tidak pernah mau kalah, mereka selalu berusaha mendapatkan apa yang diinginkan. Pemuda yang ingin perubahan adalah pemuda pemberani, menjaga idealis tanpa berorientasi 'uang' --Ir Soekarno

-Taufik Halim Pranata-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline