Lihat ke Halaman Asli

Taufik Ikhsan

Ras Manusia

Mengobati Rindu antara Indiana dan Indonesia

Diperbarui: 16 September 2019   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah hampir tiga bulan sejak saya meninggalkan tanah kelahiran. Meninggalkan istri, anak, orangtua, saudara, dan keluarga lainnya untuk melanjutkan studi dan menjelajahi satu bagian dunia yang lain. 

Segala perbedaan budaya dan tata nilai masyarakat mulai saya adopsi dan seleksi, antara kesamaan dan perbedaan berdasar hati nurani. Namun, bukan itu masalah sebenarnya yang saya hadapi! Kerinduan! Ya, ini yang masih menjadi masalah untuk saya. Walaupun selama ini jauh dari keluarga bukanlah hal yang asing untuk saya, namun saat ini berbeda jauh dengan dulu!

Hampir dua minggu ini, bayang-bayang kebersamaan selalu datang ketika tidur di malam hari. Dan ketika bangung, selalu ada perasaan yang tidak menyenangkan manakala sadar bahwa keluarga tidak bersama saya. 

Walaupun dulu sering saya tinggal berjauhan dengan istri dan anak, namun tidak pernah sejauh ini dan entah kapan lagi bisa bertemu. Saya sadar mimpi-mimpi ini seperti beban pikiran yang datang sebagai kesalahan saya ketika hendak pergi ketika itu. 

Saya salah tidak mempersiapkan sebaik mungkin sewaktu berpisah bersama istri, dan terutama anak-anak.

Saya menyadari betul bahwa seminggu sebelum keberangkatan saya masih terlalu sibuk mempersiapkan semua pekerjaan untuk ditinggal. Saya ingat betul saya masih harus lembur diseminggu terakhir untuk menyelesaikan tanggung jawab yang tertinggal. 

Padalah disaat bersamaan, saya selalu terbayang dengan hari dimana saya harus berangkat dan berpisah dengan keluarga. Perasaan yang tidak menyenangkan memang. Bahkan, saya masih harus beres-beres meja kantor yang akan saya tinggalkan sore sebelum hari keberangkatan.

Waktu itu, saya hanya punya waktu malam hari sebelum keberangkatan untuk bersama keluarga. Alhasil, saya ajak makan malam dan jalan jalan keluarga. Diwaktu itu anak-anak saya belum tau jika ayahnya besok akan pergi kebelahan dunia lain. Saya juga bingung bagaimana caranya memberitahu mereka waktu itu. 

Saya baru bisa memberitahu anak pertama subuh sebelum keberangkatan. Dan itupun saya tidak yakin jika anak pertama saya (5 tahun) saat itu mengerti tentang apa yang akan berlangsung. Dan mungkin itu yang memberatkan saya hingga sekarang.

Saya khawatir, bahkan sampai sekarang, anak saya masih bertanya-tanya kenapa ayahnya jauh tinggal di Amerika, sementara dia tinggal di Indojnesia. 

Saya selalu berharap saya punya jawaban yang bisa dia pahami tentang ketidakhadiran saya disana dalam waktu yang lama. Beberapa hari lalu dia bahkan marah dan tidak ingin berbicara kepada saya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline