Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Belajar Bernilai dan "Numpang Bahagia" di Mocopat Syafaat

Diperbarui: 20 September 2019   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dok. Pribadi

Kemesraan. Mungkin kata yang memang sangat lekat dengan maiyah. Rela datang lebih awal untuk mendapatkan tempat terdepan. Terlebih bagi mereka yang dapat menjaga ritme ketepatan waktunya setiap diadakan rutinan sinau bareng. 

Sudah dapat dipastikan beberapa baris di di depan panggung hampir didominasi oleh wajah-wajah yang selalu sama.Rasa rindu sudah pasti menjadi bekal utama keistiqomahan para JM.

Disisi lain, kemesraan itu nampak ketika mereka saling menyapa dengan saudara-saudara baru yang kebetelulan duduk saling berdekatan sembari menunggu acara dimulai. 

Antara wanita dan pria meskipun tidak ada pemisahan, mereka seolah saling menjaga. Padahal sudah dapat dipastikan mayoritas para pemuda-pemudi JM ini adalah seorang jomblowan/jomblowati. Kemesraan mereka setelah saya amati mungkin sekedar curi-curi pandang.

Benar kalau maiyah, terutama di mocopat syafaat ini dihadiri oleh mayoritas anak muda. Bahkan Mas Ajik Kojjek pun setelah diadakan workshop mengenai nilai mengatakan bahwa jika suasana yang terbentuk seperti ini, dia percaya bahwa masa depan Indonesia akan baik-baik saja, bahkan lebih baik. 

Selain Mas Aijk, workshop tentang nilai itu sendiri dipandu oleh Mas Fauzi, Mas Heri, dan Mas Angga,

Sebelumnya Mas Heri sedikit menguraikan tentang nilai dengan menggunakan istilah price and value. Price merupakan suatu harga yang menggambarkan kecondongan lebih ke sisi materialistik, sedangkan value adalah nilai, yang jatuh lebih sebagai suatu idealisme. 

Dengan beberapa contoh yang telah disampaikan, Mas Fauzi berkata bahwa jujur ketika di atas panggung seperti enak membicarakan tentang nilai, namun realitanya seperti buah simalakama. Dan malam hari ini kita semua akan belajar bernilai.

Semua disini saling belajar bersama mencari kebenaran, waa tawashou bil-haqq. Meskipun kebenaran yang ditemukan pun belum pasti kekal. Karena tergantung pada niat masing-masing dari setiap insan ketika berangkat. 

Apakah ia menyiapkan wadah ilmu yang besar, dengan mengesampingkan niat-niat yang lain. Atau sebaliknya, mengutamakan niat yang lain dan lupa menyiapkan wadah khusus buat ilmu hingga terkadang dijejal-jejalkan di tempat yang lain. Jadi resiko ketlingsut atau hilang sudah menjadi sebuah kewajaran.

Namun, satu kepastian mereka yang diperjalankan hingga dipertemukan di Mocopat Syafaat adalah merasakan kembali pulang. Dipersatukan kempali dengan orang-orang yang mencinta di jalan yang sama atau sering dikenal dengan istilah Al Mutahabbina Fillah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline