Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Kelaparan!

Diperbarui: 5 Juli 2019   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ezhuthaani.com

"Apakah mereka pikir orang yang sedang menahan lapar akan menimbulkan halusinasi?" ungkapnya setelah membaca sepenggal sebuah kitab.

"Sebentar, tergantung siapa dulu yang menyatakannya? Apabila dia sendiri menahan lapar hanya untuk dirinya (mendapatkan pahala) bukan oleh karena sebuah pengabdian, mungkin akan berbeda cara pandangnya."

"Apakah pula mereka mempertimbangkan kelaparannya itu memang karena keadaan atau memang disengaja? Andai kata ingin melahap dunia yang tersaji didepannya pun bisa, namun lebih memilih menahannya."

"Nah, justru itu kita mesti berhati-hati. Terkadang yang suka memperlihatkan kebenarannya, baik ibadah atau lakunya, biasanya cenderung amatir. Namun, apabila orang itu suka menjebak dengan kesalahan hingga menimbulkan banyak prasangka kita karena takut ketahuan segala laku ibadahnya, justru dialah yang lebih mengetahui."

Kelaparan yang menyebabkan efek halusinasi itu cenderung karena memang kelaparan dan tidak ada sesuatu untuk dimakan. Kesimpulan pernyataan tentang halusinasi pun perlu ditanyakan siapa yang dia jadikan sampel? Lalu apakah halusinasi itu sendiri selalu cenderung ke sesuatu yang negatif? Namun, apakah orang yang sengaja ingin menahan rasa lapar pernah mengaku kelaparan?

Jangan-jangan subjek yang menyatakan sebuah persepsi tentang kelaparan yang ia nyatakan, sama sekali belum pernah ia rasakan sendiri, terutama tentang seperti apa kelaparan itu. Sekalipun ia seorang psikiater, tapi ilmunya hanya memahami gejala-gejala yang ditimbulkan. 

Sedangkan analisisinya tentang kejiwaan atau batin itu sendiri, tidak dapat dikatakan pasti mengandung 100% kebenaran. Kita juga mesti berhati-hati agar bisa membedakan antara halusinasi dan delusi.

Apa yang ditekankan bukan pada sebuah pernyataan yang diungkapkan, tapi perlunya sifat kehati-hatian sebelum mengungkapkannya. Apalagi yang dinyatakan terangkum dalam sebuah kitab. Bahkan karena kata 'kitab' itu sendiri yang tak sedikit masih dianggap sakral di kalangan masyarakat. 

Dan setiap manusia memiliki hak yang sama untuk menciptakannya masing-masing. Tapi, dari banyak kitab yang diciptakan, setidaknya kita jadi bisa menemukan jika hanya ada SATU kitab yang 'suci'.

"Ngomong-ngomong tentang suci nih, bagaimana pendapatmu tentang anjing yang dibawa ke masjid itu?"

"Yaelah gitu aja dibahas, kamu tidak sedang halusinasi kan? Atau kamu jangan-jangan kelaparan? Lapar akan kebenaran atau pengakuan?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline