Lihat ke Halaman Asli

Tatiek R. Anwar

Perajut aksara

Mengukir Asa

Diperbarui: 15 Oktober 2022   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi : IDN Times

Notifikasi pesan masuk berbunyi di ponsel Danu. Mama, satu kata itu tertera di layar ponselnya.

[Danu, apa kabar? Mama kangen, deh.]

[Alhamdulillah, baik, Ma. Mama apa kabar?]

[Alhamdulillah, baik. Sabtu ini kamu pulang, ya? Udah lima kali kamu nggak ada saat ulang tahun Mama.]

Danu terdiam, ia menarik napas dalam-dalam, seakan-akan ingin melepas beban yang menggelayuti hatinya. Ia membalas pesan sang mama lima menit kemudian.

[Ya, Ma, insyaallah.]

Setelah berbalas salam, Danu menutup ponselnya. Ia membaringkan tubuh di kasur single dalam kamar indekosnya. Netra cokelatnya memandang lurus ke langit-langit kamar, ingatannya melayang pada kisahnya bertahun silam.

***

Danu baru saja mengganti seragam sekolahnya ketika mamanya pulang dengan wajah berurai air mata. Ia memeluk erat putra semata wayangnya. Danu yang duduk di bangku SMP kelas VII, tidak mengerti apa yang membuat sang mama menangis begitu sedihnya. Setelah tangisnya mereda, mamanya mengatakan hal yang membuatnya termangu.

"Danu, sekarang papamu nggak tinggal di rumah ini lagi. Kamu jadi anak baik, ya, harus bisa bikin Mama bangga," ucap sang mama di sela isaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline