Lihat ke Halaman Asli

Tatiana Dayana

Makhluk Neverland

Puisi | Bentuk Nyata, Lupa

Diperbarui: 13 April 2020   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melawan kata hati dan berada disudut temaram. Tak perlu lagi berpura-pura segala yang berujung luka digemakan sebagai tanda bahagia. Nanar, tak berdaya, tak bergeming dan tidak ada yang peduli. Seringkali berusaha meronta dan berbalik menyerang. Namun, serasa percuma. Hanya dendam yang dapat dibalas. 

Pertengahan April begitu nyata membentuk diri. Sudah setahun terjebak difase-fase yang memilukan. Mencoba beranjak dan memikirkan hari-hari selanjutnya. Membuang segala yang perlu dibuang. Rasa malas, amarah, dendam, benci, pilu dan yang paling penting adalah melupakan segala tentangmu. 

Tak perlu lagi menjadi hamba dari rasa cinta. Banyak yang harus dikerjakan untuk memulihkan diri dan jiwa. Dunia kerap kali tak ramah, untuk itu jangan pernah lemah. Bisa jadi, sesorang yang diimpikan adalah cobaan. 

Mengutuk tak membuat sesorang akan bangkit, namun memperlihatkan kelemahan. Bilur luka akan pulih, meski dalam prosesnya akan berbekas. Cukup sulit menjelaskan manuskrip yang pernah dibaca. Tetap perihal yang sama. Tentang mereka yang memasung raga, menjebak menopeng wajah. Dengan ratap yang sama, keluh yang sama, dan jenuh yang sama. Hidup ternyata tidak serta merta hari kemarin. Ada hari selanjutknya yang terus berganti. Sampai nafas habis, hidup tak pernah berhenti menoreh kisah. 

Tentang semua yang hilang, tentang semua yang kelam. Terimakasih sudah memberi makna untuk rindu dan temu.  Lepaskan saja. Biar mengalir dan berakhir segala nadir. mengulang seperti waktu itu, pergi, tanpa kabar namun tak hilang kendali. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline