Lihat ke Halaman Asli

Tasya Kintan S

a soon-to-be journalist

A Journey to Kampung Leuwi Buled, Baduy

Diperbarui: 7 Maret 2021   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Baduy dikenal dengan pesona alamnya yang sungguh menakjubkan. Keasrian dan kearifan lokal yang masih dijaga oleh penduduk asli Baduy maupun pendatang yang datang ke Baduy membuat Baduy tetap terjaga dan terlestarikan budayanya. 

Baduy memang dikenal sebagai salah satu suku yang masih mempertahankan adat istiadat nenek moyang mereka. Meskipun mereka saat ini seperti berada ditengah-tengah derasnya globalisasi dan modernisasi, namun mereka tetap memegang teguh dan melestarikan apa yang sudah diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang mereka.

Perjalanan dari Jakarta ke Baduy memakan waktu kurang lebih 4 jam menggunakan mobil pribadi. Kampung Ciboleger adalah kampung yang menjadi "gerbang" untuk masuk ke Kampung Baduy. Di Ciboleger, terdapat banyak parkiran mobil dan motor, toko souvenirs khas Baduy, toko sembako, toko ekspedisi, sekolah, dan juga warung makan. 

Di Kampung Ciboleger ini juga, biasanya masyarakat Baduy berinteraksi dengan masyarakat non Baduy dan membeli kebutuhan pokok untuk masyarakat Baduy Luar. 

Di Kampung Ciboleger ini juga, masyarakat Baduy Luar diperbolehkan menggunakan Handphone untuk menghubungi kerabatnya yang berada diluar Kampung Baduy.

Kampung Baduy pertama yang ada setelah Kampung Ciboleger adalah Kampung Kadu Ketug. Di Kadu Ketug inilah rumah Jaro atau Kepala Desa Kanekes berada. Sebelum berwisata atau menginap beberapa hari di Kampung Baduy, wisatawan diharuskan untuk menuliskan data pribadi, tujuan, dan berapa lama tinggal pada buku tamu.  Setelah itu, wisatawan diharuskan untuk membayar uang masuk sebesar Rp 5.000 per orang. 

Perjalanan dari satu kampung Baduy ke kampung lainnya cukup jauh, sekitar kurang lebih 1 km. Sedangkan jarak dari Kampung Kadu Ketug ke Leuwi Buled adalah 5 km atau sekitar 1-2 jam untuk berjalan kaki. 

Terdapat beberapa tempat peristirahatan dan warung sepanjang jalan menuju Kampung Leuwi Buled. Para wisatawan yang kelelahan bisa beristirahat di gazebo dan bisa bercengkrama dengan wisatawan lain. 

Sepanjang jalan menuju Kampung Leuwi Buled, wisatawan diperlihatkan kehidupan masyarakat Baduy Luar sehari-hari, seperti mencari kayu bakar, menjala ikan, para wanita yang bertenun, berladang, dan menjemur hasil panen. Meskipun Baduy Luar masih tertutup terhadap para pendatang dan cenderung sulit untuk berinteraksi dengan orang baru, namun mereka tetap tersenyum dan menyapa dengan baik ketika para wisatawan berkunjung. 

Kampung Leuwi Buled hampir sama dengan kampung Baduy Luar lainnya. Wilayahnya terletak dipegunungan, terdapat sungai yang membatasi wilayah Kampung Leuwi Buled dengan kampung lainnya. 

Jembatan yang melintang diatas sungai tersebut juga dibuat dari bambu hasil gotong royong masyarakat Kampung Leuwi Buled. Mayoritas pria di Kampung Leuwi Buled bekerja di ladang, sedangkan para perempuan dirumah dan bertenun. Hasil tenun dan ladang yang mereka punyai akan dijual di Kampung Ciboleger ataupun ke kerabat mereka yang berada diluar kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline