Lihat ke Halaman Asli

Taslim Buldani

Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Meneladani Warga Glintung yang Berhasil Melakukan Konservasi Air

Diperbarui: 4 September 2019   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Gerakan Menabung Air (Gemar) Kampung Glintung (Foto: Glintunggogreen.com)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) beberapa waktu lalu melansir peringatan dini tentang potensi kemarau panjang 2019. Beberapa daerah di pulau Jawa diperkirakan baru mulai disiram hujan pada akhir November atau awal Desember. 

Hal yang paling dikhawatirkan ketika terjadi kemarau panjang adalah turunnya permukaan air tanah. Jika benar terjadi, mereka yang hanya mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dipastikan kelimpungan. 

Situasi ini pernah kami alami. Tak adanya layanan perusahaan air minum, memaksa kami membeli air untuk keperluan berwudhu, mandi, buang hajat dan memasak. 

Membeli air itu sebenarnya pilihan sulit. Selain tidak ekonomis, cadangan air yang terbatas membuat kami selalu merasa was-was.

Turunnya permukaan air tanah akibat kemarau panjang sepertinya merupakan risiko yang harus dihadapai oleh mereka yang tinggal di komplek perumahaan di perkotaan. Jumlah daerah resapan air yang terbatas adalah penyebabnya. Jalanan umumnya tertutup beton dan rumah warga jarang yang memiliki halaman terbuka. 

Fungsi air yang begitu vital membuat masyarakat menyikapi turunnya permukaan air tanah secara pragmatis. Masayarakat umumnya lebih memilih membuat lubang sumur bor baru yang lebih dalam dibanding melakukan konservasi air. Cara ini dinilai sebagai cara paling praktis dan ekonomis dibanding membeli air per jeriken.

Padahal jika saja masyarakat bijak dalam menyikapi krisis air, upaya konservasi air bisa dilakukan sebagai solusi permanen. Dalam hal ini apa yang dilakukan oleh warga Glintung, Kota Malang, Jawa Timur layak diteladani.

Kisah Inspiratif dari Glintung

Warga Kampung Glintung sebelumnya kerap kekurangan air di musim kemarau dan tergenang ketika musim hujan datang. Tapi sekarang semua tinggal cerita. 

Kampung yang dulu dicitrakan sebagai permukiman kumuh, tingkat kriminalitas tinggi dan termasuk tingkat ekonomi rendah, perlahan mulai berubah dan menjelma menjadi permukiman yang asri, aman, dan sejahtera. 

Salah satu sudut Kampung Glintung (Foto: Sindonews)

Jika berkesempatan datang ke kampung ini, pengunjung akan disambut dengan suasana hijau yang menyejukkan. Aneka tumbuhan dalam pot di sisi jalan, tanaman rambat, menggunakan media tanah atau hidroponik, dengan penataan biasa dan vertical garden dapat dijumpai dengan mudah.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline