Lihat ke Halaman Asli

Tartila Yazofa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Adab-adab Periwayatan Hadits

Diperbarui: 13 Agustus 2020   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi

Adab Muhaddits

Seseorang yang menyibukkan dirinya dengan hadits merupakan antara cara yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan tugas yang paling mulia, maka sepatutnya orang yang terlibat dengannya dan menyebarkannya dikalangan orang ramai menghiaskan diri dengan akhlak-akhlak yang mulia dan penampilan yang elok. Dia mestilah menjadi gambaran yang tepat kepada apa yang diajarkan kepada orang ramai di samping terlebih dahulu mempraktikkannya pada diri sendiri sebelum menyuruh orang lain.

Hal-Hal Utama yang Menjadi Adab Muhaddits

  • Meluruskan niat dan ikhlas, yaitu dengan membersihkan hati dari motif-motif keduniawian seperti mencari kedudukan dan popularitas.
  • Memberi perhatian yang amat besar terhadap penyebarluasan hadits, dan menyampaikan sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dalam rangka meraih pahala yang melimpah.
  • Tidak berbicara hadits di depan orang yang lebih utama daripada dirinya, baik dari sisi usia maupun ilmunya.
  • Menunjukkan orang yang bertanya kepadanya tentang sesuatu hadis yang ada pada ahli hadis yang lain.
  • Tidak menolak diri daripada menyampaikan hadis kepada seseorang karena dia seorang yang tidak ikhlas. Orang itu diharapkan dapat memperbaiki niatnya.
  • Hendaknya seorang muhaddits membentuk majelis untuk mengkaji hadits jika memang memiliki kelayakan untuk mengajarkan hadits.

Menghadiri majelis ilmu

Anjuran-anjuran jika hendak menghadiri Majelis

  • Bersuci, merapikan diri, dan menata jenggot.
  • Duduk dengan tentang dan penuh perhatian sebagai penghormatan terhadap hadits Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam.
  • Menghadap kepada seluruh peserta majelis serta tidak menaruh perhatian hanya pada orang-orang tertentu dengan melalaikan peserta yang lain.
  • Membuka dan menutup majelis dengan pujian kepada Allah Ta'ala serta shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam serta berdoa dengan doa sesuai dengan keadaan.
  • Menjauhi perkara yang tidak dapat diterima oleh akal seorang murid atau hadits-hadits yang tidak dipahami oleh mereka.
  • Menutup majlis imla' (membacakan hadits dengan tujuan untuk disalin) dengan cerita-cerita untuk menghiburkan hati dan menghilangkan kejemuan.

Usia Seseorang Sehingga Layak Untuk Menyampaikan Hadits

Dalam hal ini ada perbedaan pendapat :

  • Ada yang berpendapat usia lima puluh tahun. Ada pula yang mengatakan usia empat puluh tahun.
  • Pendapat yang benar adalah ketika seseorang sudah memiliki kemampuan dan sanggup membentuk majelis hadits, berapa pun usianya.

Kitab-kitab yang terkenal

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline