Lihat ke Halaman Asli

Tarmidinsyah Abubakar

Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Siapa Pun Capresnya, AHY Calon Wapres Favoritnya

Diperbarui: 1 Maret 2022   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberi keterangan kepada pers usai menghadiri cara perayaan Natal Partai Demokrat di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (29/1/2022). (Foto: KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Sangat menarik menganalisis para bakal calon presiden dan calon Wakil presiden Republik Indonesia dimasa yang akan datang. Persaingan dua pasangan dimasa lalu antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo sepertinya telah menemui titik endingnya. 

Masyarakat mulai jenuh membicarakan calon presiden itu dan itu saja. Selama sepuluh tahun terakhir sungguh terasa perubahan mengalami stagnasi yang berat bahkan pembangunan manusia Indonesia dalam kebangsaannya mengalami langkah mundur (step back) yang sangat berarti sejak reformasi. 

Pembangunan lain seperti pembangunan fisik sebagaimana ruas jalan tol boleh saja mengalami peningkatan yang luar biasa, pembangunan lain yang berlatar peningkatan di bidang teknology mengikuti perkembangan global juga boleh disebut berimbang. 

Namun sekali lagi penulis singgung agar kita selalu teringat bahwa hal yang berkaitan dengan perawatan dan pengembangan kebangsaan yang merupakan tugas utama pemimpin bangsa tidak mengalami kemajuan. 

Indikatornya dapat dilihat pada sejumlah kebijakan publik yang seringkali bertentangan bahkan menjadi blunder politik dalam masa kepemimpinan Jokowi. 

Jikapun ada aktivitas sebagaimana pendekatan dengan rakyat papua oleh presiden, kita memahami dan merasakan sebagai suatu aktivitas spontan bukan sebagai suatu skenario atau konsep politik pemerintah untuk menangani masalah secara komprehensif. 

Di bidang politik kekuasaan terjadi kordinasi yang sangat kuat oleh pemerintah sehingga partai politik dan DPR sepertinya telah bersatu dimata rakyat. Terlepas dari realita politik yang sesungguhnya namun partai politik terilustrasi hampir semua bungkam. 

Apalagi kelompok oposisi yang sebelumnya sangat kuat tapi kemudian berhasil dipersatukan ke dalam pemerintah dan kini bersikap diam. 

Terjadi riak yang cukup parah di bidang sentimen dalam teology karena sentuhan kaget pemerintah dengan sentimen dalam keagamaan tidak biasa dihadapi masyarakat dimasa presiden sebelumnya. 

Sehingga gejolak sosial begitu terasa dan kemudian pemerintah seakan memaksakan kehendak meskipun pemerintah sesungguhnya bisa berdiam diri. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa sosial yang terakhir tentang statement publik menteri Agama Yaqut tentang penggedungan azan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline