Lihat ke Halaman Asli

AHY Berani Adu Visi, Kok Malah Dihina?

Diperbarui: 14 Juni 2018   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Grafis Tribunwow/Kurnia Aji Setyawan)

Baru sepekan lalu rasanya saya mengkritik elite politik kita melalui artikel "Kontestasi Pra-Pilpres 2019, Kaya Jargon, Miskin Visi". Eh, ternyata saya salah. Pada 11 Maret lalu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sudah pernah secara terbuka menyampaikan visi misinya mengenai Indonesia ke depan.

Jujur, saya sangat hormat kepada anak muda yang namanya kini digadang-gadang sejumlah lembaga survei sebagai kandidat kuat untuk menjadi calon wakil presiden itu. Mengapa? Kita memang butuh lebih banyak politikus seperti AHY.

Dia berani adu gagasan, visi, misi, dan menyampaikan kritik secara terbuka, terukur, serta pada tempatnya. Dibanding Amien Rais, kritik AHY kepada pemerintahan Joko Widodo jauh lebih bermartabat.

Dibanding Gatot Nurmantyo, AHY yang usia dan pangkatnya jauh lebih junior justru jauh lebih bijaksana. Dia tidak menyerang Jokowi secara personal, melainkan program-programnya. Dia juga tak membawa-bawa agama, Tuhan, PKI, imigran Cina dan lain sebagainya. AHY menyampaikan isi kepalanya secara komprehensif, bukan sepotong-sepotong atau bermodalkan puisi.

Dibanding Gatot Nurmantyo, AHY yang usia dan pangkatnya jauh lebih junior justru jauh lebih bijaksana. Dia tidak menyerang Jokowi secara personal, melainkan program-programnya. Dia juga tak membawa-bawa agama, Tuhan, PKI, imigran Cina dan lain sebagainya.

Hinaan dan cercaan balik dari para pendukung Jokowi menurut saya sangat berlebihan. Banyak yang bahkan tak membaca pidato AHY secara utuh, hanya bermodal membaca judul berita, lalu menyerang AHY sembari membawa-bawa nama Presiden SBY. Untungnya, Menko Kesra Puan Maharani tak ikut-ikutan, dan malah sebaliknya, menyampaikan terima kasih kepada kritik AHY.

Pidato terbaru AHY tak bisa dilepaskan konteksnya dari pidato dia sebelumnya, yakni Pidato 11 Maret 2018 dalam Rapimnas Partai Demokrat. Dalam pidato sepanjang 3.944 kata itu, AHY memang menyinggung beberapa kelemahan pemerintah Jokowi. Akan tetapi, selain itu, dia juga menyampaikan visi dan misinya jika Partai Demokrat memenangkan Pemilu 2019. Dia juga tak lupa memuji keberhasilan Jokowi.

"Partai Demokrat menyaksikan berbagai hasil dan prestasi yang telah dicapai oleh pemerintah. Untuk itu, dengan tulus kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Presiden Jokowi dan pemerintah, dengan harapan segala capaian tersebut dapat dijaga, dan ditingkatkan," kata AHY.

Selanjutnya, dia menyampaikan, 5 sasaran besar jika Demokrat berkuasa Pasca-Pemilu 2019. Lima sasaran ini kemudian dicapai melalui 9 strategi. Tak lupa, AHY menyinggung apa yang dia sebut "Megatrends" berupa kemajuan teknologi informasi serta konsekuensinya terhadap suatu negara. Pemaparannya amat jernih. Pemaparan itu juga dilengakpi data. Misalnya, AHY mengatakan "diperkirakan pada Pemilu 2019 nanti, jumlah pemilih berusia 17-35 tahun mencapai 52% atau lebih kurang setara dengan 100 juta orang! .

Dan, yang tak kalah penting, walau tak menyebut secara gamblang siap menjadi capres atau cawapres, AHY menegaskan bahwa dia "siap untuk meraih dan memperjuangkan kesempatan saya untuk memberikan kontribusi terbaik bagi NKRI."

Nah, pada Pidato 9 Juni lalu, AHY kembali berpidato dengan tema yang luas: mencakup politik, sosial, ekonomi, dan keamanan. Kritiknya sangat beralasan. Dia juga memaparkan fakta menarik yang bisa ditafsirkan sebagai persiapannya menuju Pilpres 2019. Di antaranya "Ini melengkapi perjalanan saya keliling nusantara selama satu tahun terakhir, ke ratusan kabupaten/kota di 22 provinsi, dari Aceh hingga Papua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline