Lihat ke Halaman Asli

Memahami Psikologi di Balik Hubungan Mertua dan Menantu

Diperbarui: 11 Mei 2024   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi by dall*e

Menjadi bagian dari keluarga baru seringkali menimbulkan dinamika yang kompleks, terutama dalam hubungan dengan mertua. Psikologi, sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia, menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana kita dapat memahami dan memperbaiki hubungan ini.

Mengapa Psikologi Penting?

Psikologi membantu kita mengenali pola perilaku dan asumsi yang sering tidak kita sadari. Dalam konteks mertua dan menantu, teori psikologis dapat mengungkapkan alasan di balik dinamika kekuasaan, persaingan, dan kerjasama. Misalnya, teori peran sosial menjelaskan bagaimana ekspektasi masyarakat terhadap peran mertua dan menantu dapat menciptakan tekanan dan konflik.

Dinamika Kekuasaan

Kekuasaan dalam hubungan mertua dan menantu bisa bersumber dari berbagai faktor, seperti usia, pengalaman, atau bahkan status ekonomi. Teori konflik menunjukkan bahwa ketika kepentingan bertabrakan, konflik kekuasaan bisa muncul. Mengakui dan menghormati batasan masing-masing dapat menjadi langkah pertama untuk mengatasi masalah ini.

Persaingan dalam Keluarga

Persaingan antara mertua dan menantu sering kali berkaitan dengan perhatian dan kasih sayang dari pasangan atau anak-anak. Teori komparasi sosial menjelaskan bagaimana individu membandingkan diri mereka dengan orang lain, yang bisa memicu persaingan. Memahami bahwa setiap orang memiliki peran unik dalam keluarga dapat membantu meredakan persaingan ini.

Membangun Kerjasama dan Koneksi

Teori perilaku sosial menekankan pentingnya komunikasi dan empati dalam membangun hubungan yang kooperatif. Mendengarkan dengan aktif dan berusaha memahami perspektif mertua dapat membuka jalan untuk kerjasama yang lebih baik.

Strategi Meningkatkan Hubungan

1. Komunikasi Terbuka: Jujur tentang perasaan dan harapan Anda, tetapi juga siap mendengarkan.

2. Pengaturan Batasan: Tentukan batasan yang sehat untuk menghindari konflik.

3. Kegiatan Bersama: Melakukan kegiatan bersama dapat memperkuat ikatan.

4. Konseling Keluarga: Terkadang, bantuan profesional diperlukan untuk mengatasi masalah yang lebih dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline