Lihat ke Halaman Asli

Tamita Wibisono

TERVERIFIKASI

Creativepreuner

"Ndaru" Di Karang Randu

Diperbarui: 11 Mei 2024   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sandikala di Sudut Desa (dok.Pri)

Bersenang-senang dahulu, bersusah-susah kemudian. Begitulah ketujuh mahasiswa seolah membuat pelesetan kosata bahasa Indonesia.  Sebelum mereka melaksanakan KKN di Desa Karang Randu yang berada di Lereng Gunung Slamet, mereka memilih menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di pusat kota penghasil wig atau rambut palsu terbesar di Pulau Jawa. Mereka puas melahap aneka sajian kuliner ternama mulai dari es duren Tugu, sroto Bancar,gulai melung hingga aneka kudapan tanpa memperdulikan waktu.

"Ehhhhh, sudah hampir jam lima gaes" teriak Friska.

Sontak Joni, Bruno, Agusto, Chery, Drea, dan Eling Waspodo serempak melirik jam di gawai masing-masing.

"Selow, paling cuma satu jam juga  sampai" bergegas Agusto berdiri dan langsung menuju parkir sepeda motor.

Perjalanan menuju lokasi KKN ketujuh mahasiswa tersebut masih terbilang jauh. Belum lagi jalan menuju ke Desa Karang Randu harus melintasi gerumbul hutan pinus yang sepi. Entah kenapa mereka ditempatkan di Desa yang konon menyimpan cerita misteri. Terdapat makam angker di puncak bukit desa.  Mungkin karena ketujuh mahasiswa tersebut semuanya berasal dari kota besar. Lihat saja nama-namanya, hanya si Eling Waspodo  saja yang namanya berbau Jawa. Meski katanya, nama itu pemberian kakeknya. Dia sendiri lahir di Amerika saat Mama-Papanya mendapat beasiswa kuliah disana.

Empat sepeda motor keluaran terbaru tampak beriringan melintas jalan menuju ke arah Bobot Sari dan terus mengarah ke kawasan Goa Lawa. Tiga sepeda motor tampak masing-masing berboncengan, hanya satu sepeda motor saja yang dikendarai seorang diri. Senja beranjak, sandikala pun tiba. Jalan berkelok yang harus mereka tempuh sangat tidak kondusif untuk tancap gas dengan cekepatan tinggi. Terlebih kabut tipis menutupi jarak pandang menembus jalanan. Mereka pun terpaksa berkendara dengan pelan.

Hawa dingin menusuk dengan aroma alam berbalut kabut. Bunyi-bunyian serangga di pepohonan terasa asing bagi telinga tujuh mahasiswa dari kota. Gerbang desa terlihat termakan usia meski kokoh menyambut siapa saja yang bertandang ke desa. Eling yang pernah survey lokasi KKN berada paling depan memandu 3 sepeda motor yang dikendarai oleh rekan sekelompok KKN.

Tiba-tiba seekor kucing hitam legam melintas. Rem mendadak pun dilakukan agar terhindar menabrak kucing.  Eling teringat betul cerita Sang Kakek, bahwa jika menabrak kucing akan membawa suatu petaka. Beruntun 3 sepeda motor yang berada di belakang Eling hilang keseimbangan dan saling bertumbur.

"Woii...hati-hati donk, jangan bikin kita celaka" pekik Drea 

Tujuh mahasiswa yang hendak melaksanakan KKN ribut saling mencela akibat kecelakaan kecil di jalan desa. Jalan yang belum sepenuhnya diaspal kerap membuat oleng pengendara yang kurang berhati-hati. Tak jarang ada lubang yang tak terlihat mata. Terlebih saat hujan tiba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline