Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tradisi Merekat Silaturahmi dengan Sanak Kerabat Saat Lebaran

Diperbarui: 18 Juni 2018   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok pribadi

Oleh Tabrani Yunis

Ini hari ke empat perayaan Idul Fitri di seluruh dunia. Begitu pula halnya di Meurandeh Alue, kecamatan Bandardua, Pidie Jaya. Orang- orang masih sibuk berhari raya, masih berwara-wiri berkunjung ke rumah saudara, tetangga, sahabat dan sanak saudara. Pokoknya masa lebaran bisa berlangsung lama dalam sebuah masyarakat muslim di mana saja. Banyak pula cara yang dilakukan masyarakat muslim dalam rangka merajut silaturahmi lewat momentum lebaran atau hari raya.

Misalnya keluarga besar almarhum Teungku Haji Harun Ibrahim di desa Meurandeh Alue, Kecamatan Bandardua, Pidie Jaya, Aceh. Setiap momentum hari raya, anggota keluarga besar berisiatif mengadakan acara pertemuan besar di salah satu rumah keluarga almarhum. Semua anggota keluarga, seperti anak, adik, kakak, menantu, dan seluruh anggota keluarga berkumpul di rumah anak almarhum, Teungku Syarifuddin.

Sehari sebelum hajatan, semua anggota keluarga saling mengingatkan bahwa pada tanggal 18 Juni 2018, seperti biasa berkumpul di rumah tua, yakni di rumahnya Teungku Syarifuddin dalam rangka merekat silaturahmi keluarga dan tetangga. Maka, pada hari Senin itu, semua sahabat, keluarga besar berkumpul dan saling bersilaturahmi dengan penuh haru. Penuh suka dan canda.

Dok Pribadi

Seperti tahun-tahun sebelumnya, untuk merayakan kebersamaan dan saling kenal, kegiatan itu diisi dengan tradisi kuah beulangong. Tradisi menyembelih hewan, seperti kambing atau lembu, lalu dimasak dalam sebuah kuali besar. Di keluarga besar almarhum Teungku Haji Harun Ibrahim ini, pada hari silaturahmi tersebut menyembelih tiga ekor kambing. 

Beberapa anggota keluarga menyumbangkan uang atau kambing untuk dimasak dan dinikmati bersama. Muchsin dan Afifuddin, owner Danish outointerior yang berkantor di jalan Soekarno Hatta dan Jalan Teungku Hasan Dek, Lueng Bata, Banda Aceh itu, menjadi salah satu inisiator kegiatan itu. Kehadiran mereka menambah semarak dan kebahagiaan keluarga besar ini.

Ada Kopi Arabicca Gayo

Di sela-sela kegiatan silaturahmi keluarga besar tersebut dan diantara kesibukan memasak kuah beulangong itu, Muchsin membawa sejumlah produk kopi Arabicca Gayo lengkap dengan alat moka pot untuk menyajikan kopi Arabicca Gayo bagi yang ingin mencoba dan menikmati dahsyatnya rasa kopi yang diproses secara modern dan dengan cita rasa yang jauh beda dengan kopi biasa.

Bagi para penikmat kopi Arabicca Gayo, rasa kopi yang diseruput tanpa gula tersebut pasti merasa sangat nikmat, namun belum tentu bagi yang belum pernah. Karena di antara yang ikut mencoba mencicipi rasa kopi Arabicca Gayo tanpa gula tersebut, terkaget dan berkata, waduh pahit sekali. Waduh, keras sekali rasa kopinya. Malah ada yang merasa terdiam mencoba merasa-rasakan kenikmatan kopi. Ada yang berinisiatif menjelaskan apa beda rasa kopi Arabicca Gayo dengan kopi Robusta. 

Pokoknya, kehadiran kopi Arabicca Gayo jenis premium dan blueberry di acara itu, membuat acara lebih hangat. Apalagi diiringin dengan sajian kuah beulangong yang isinya adalah daging kambing. Biasanya usai makan daging kambing, badan pun terasa hangat dan berkeringat. Agar tidak membuat naik tensi darah, maka disediakan air mentimun yang dapat diambil oleh siapa saja yang hadir. Bagi yang tidak ada masalah dengan tensi darah, tidak perlu atau tidak harus meminum sajian mentimun parutan itu.

Dok Pribadi

Nah, tradisi merekat kerabat dan keluarga di masa lebaran atau hari raya itu bukan saja seperti yang dilakukan oleh keluarga besar Almarhum Teungku Haji Harun Ibrahim ini. Ada pula membuat cara lain, yakni berkumpul di tempat rekreasi seperti di Bate Iliek, sungau yang airnya sangat dingin dan berbatu besar-besar yang letaknya di perbatasan kabupaten Pidie Jaya dan Bireun. Di Bate Iliek ini, orang-orang datang sambil berekreasi bersama keluarga. Mereka juga ada yang makan bersama dan sebagainya. Pokoknya ada banyak cara untuk merekat sanak keluarga dan saudara di saat lebaran atau hari raya ini.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline