Lihat ke Halaman Asli

Syarif Nurhidayat

Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Tiga Motivasi Menjalankan Puasa

Diperbarui: 10 Mei 2020   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Puasa itu diperintahkan hanya kepada orang-orang yang beriman. Karena hanya dengan modal iman saja orang bisa menjalankan puasa dengan baik dan benar. Puasa jika dijalankan tanpa keimanan atau keyakinan ia akan batal sebelum dilaksanakan. 

Allah sendiri menyatakan bahwa ibadah-ibadah semua diperuntukkan pengembalian langsung kepada pelaku ibadah tersebut. Namun, khusus buat puasa, itu khusus buat Ku dan Aku (Allah) yang akan memberikan nilai dan fadilahnya. 

Jadi jelas bahwa puasa tanpa keimanan adalah omong kosong. Lihat dan baca serta cermati, Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 183 yang merupakan dasar dalil kewajiban puasa.

Pada kenyataannya, puasa yang dilakukan oleh umat Islam, seringkali memiliki motivasi yang beragam. Bukan semata karena itu berdasarkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, melainkan karena ada montivasi lain yang menjadi dasar pelaksanaan Puasa. Paling tidak ada tiga motivasi dasar manusia berpuasa berdasarkan pengalaman sosiologis manusia.

Pertama, puasa karena motivasi materi atau kepentingan dunia. Puasa dilaksanakan karena motivasi dasarkan mengharapkan keuntungan yang sifatnya materi. 

Misal supaya badan menjadi kebal bacok, bisa menghilang, usaha lancar, mudah jodoh dan sebagainya yang puasa itu dilakukan benar sesuai dengan tuntutan teknis, tapi tujuan atau motivasinya sangat dangkal. Puasa hanya dijadikan alat tukar dengan kepentingan-kepentingan materi duniawi semata. Ini adalah puasanya para oportunis material.

Kedua, puasa dilaksanakan dengan penuh kekhusukan dengan motivasi akherat, harapan akan memperoleh pahala dan balasan surga dari Allah SWT. Motivasi ini sering ditawarkan oleh para Dai kepada masyarakat kita karena memang itu yang paling dekat dan mudah dimengerti akan makan suatu amal ibadah. 

Jika engkau beribadah, maka Allah balas dengan kebaikan pahala dan surga. Demikian sederhana bukan? Namun, pada hakekatnya ini masih merupakan  motivasi yang dangkal, karena masih mengutamakan egoisme kepentingan pribadi. Tetap saja sifat motivasi ini pragmatis meski sudah lumayaan karena pragmatisme yang dibangun bukan lagi material, melainkan spiritual.

Ketiga, puasa ini dilakukan dengan motivasi utama uluhiyah murni, yakni ketundukan kepada Sang Pemberi perintah. Puasa dijalankan demi penghambaan tanpa tendensi selain cinta dan kepasrahan ridhlo atas segala ketentuan Allah SWT. 

Keimanan yang memuncak mencukupkan dirinya untuk menjalankan puasa sedemikian rupa dengan penuh keikhlasan dan tiada harapan kecuali keridloan Allah akan persembahan puasanya tersebut. 

Dengan demikian, efek balik pada dirinya tidak menjadi beban berat dalam munajat doanya, asalkan Beliau Allah meridloinya, cukuplah sudah. Inilah puncak ibadah seorang hamba, ketika keikhlasan sudah menjadi jalannya untuk kembali kepada Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline