Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Orang Biasa di Taman Bacaan, Dilarang Gampang Kagum Cepat Heran

Diperbarui: 16 Agustus 2022   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Hidup itu biasa-biasa saja. Sederhana dan tidak berlebihan. Jangan "mabuk" pada gemerlap dunia. Apalagi berharap pujian dari manusia. Jadi, biasa-biasa saja.

Di tahun 2018, saya sebagai pegiat literasi TBM Lentera Pustaka bertemu dengan Pak Wiranto, Menko Polhukam RI saat itu. Tidak ada bicara politik, apalagi soal pilih-memilih pemimpin. 

Saya hanya memberi kado 2 buah buku karya saya sendiri; 1) Kumpulan Puisi "Tiada Kata Dusta untuk Presiden" dan 2) Potret Orang-orang Metropolitan. 

Seorang warga negara menghadiahi buku seorang Menteri, tentu biasa saja. Apalagi karya sendiri, agar beliau tahu apa isi dan maksudnya. Saya menyebutnya, pertemuan yang biasa-biasa saja.

Hidup itu biasa-biasa sajalah. Tidak ada manusia yang luar biasa. Tidak ada pula manusia istimewa. Semua manusia itu sama saja selagi di dunia. Yang membedakan, hanya amal baik dan ibadahnya semata. Tidak perlu sombong apalagi merasa berkuasa, merasa menang. Sifat luar biasa itu hanya milik Allah SWT.  Jadi, tidak usah jadi manusia yang "gampang kagum cepat heran". Merasa pintar, berpangkat, punya jabatan, punya kekuasaan bahkan berstatus sosial itu bukan nikmat tapi ujian. Nikmat tersebesar itu keimanan dan amal soleh. Jadi, biasa-biasa saja.

Orang biasa di taman bacaan. Itulah spirit taman bacaan, seperti TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tidak ada orang luar biasa tanpa peduli terhadap tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Sekalipun hanya menyediakan akses bacaan dan tempat asyik untuk membaca buku. 

Di taman bacaan, tidak ada orang istimewa tanpa mau menebar kebaikan dan mengumbar manfaat untuk orang lain. Karena baik dan manfaat itu perbuatan bukan pelajaran. Praktik bukan teori.

Di taman bacaan semua berjalan apa adanya dan biasa-biasa saja. Maka tidak ada taman bacaan yang mampu berdiri tegak hingga kini tanpa ada kesulitan. Masalah, ujian, dan cobaan selalu ada di taman bacaan, Itu semua biasa saja. Tinggal si pegiat literasi di taman bacaan, mau tetap melangkah atau berhenti berliterasi? 

Orang biasa di taman bacaan. Tugasnya, hanya memperbaiki niat dan memperjuangkan ikhtiar. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Selebihnya biarkan Allah SWT yang bekerja untuk umat-Nya. 

Literasi cukup dilakukan dengan sepenuh hati dan istikomah. Sederhana dalam ucapan tapi mewah dalam tindakan. Sedikit bicara banyak aksi nyata. Untuk membungkam mulut dan suara orang-orang yang sok luar biasa, berteriak seolah-olah menjadi orang yang luar biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline