Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Kenapa Kamu Menyesal?

Diperbarui: 23 Juni 2022   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Berkiprah di taman bacaan adalah sebuah keputusan. Berjuang untuk literasi pun sebuah keputusan. Bahkan menyediakan akses bacaan untuk anak-anak pun bukan perkara gampang. Sementara orang-orang serba digital, taman bacaan masih berpikir buku-buku yang manual. Taman bacaan, sama sekali tidak populer. Lalu pertanyaannya, apakah saya menyesal berada di taman bacaan?

Memang ada benarnya. Anekdot yang menyebut "pendaftaran itu berada di depan dan penyesalan itu datangnya belakangan". Memilih taman bacaan sebagai jalan hidup bisa jadi menyesal. Berjuang jadi pegiat literasi pun bisa jadi pilihan yang tidak pas di era digital seperti sekarang. Apalagi sulitnya membangun tradisi baca dan budaya literasi di masyarakat. Bisa jadi, penyesalan yang terjadi kian paripurna.

Untuk para pegiat literasi, apakah Anda menyesal berada di taman bacaan?

Itu pertanyaan sederhana, sangat mudah untuk dijawab. Karena faktanya di luar sana, tidak sedikit orang yang menyesal setelah mengambil keputusan. Merasa salah memilih jurusan saat kuliah, merasa salah memilih pekerjaan. Bahkan menyesal karena telah membuang kesempatan di depan mata. Anda menyesalkah?

Jaid begini sahabat. Di dunia ini, setiap manusia pasti akan dan pernah menyesal dalam hidup. Tanpa terkecuali dia orang baik atau tidak baik. Jangan orang tidak baik, orang baik pun pasti menyesal. Penyesalan itu sesuatu yang dekat dengan manusia. Tapi untuk apa menyesal atas pilihan?

Penyesalan itu sama dengan kerugian. Bagi sahabat muslim,, tentu hafal  dengan surat pendek Al 'Ashr (waktu). Bahwa "Demi waktu. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS Al 'Ashr: 1--3). Waktu adalah aset terpenting yang dimiliki manusia. Tapi sayangnya, tidak semua manusia mampu mengelola waktu hidupnya. Maka siapa pun akan menyesal bila gagal menggunakan waktunya.

Siapa pun yang gagal mengelola waktu, pasti merasakan penyesalan. Manusia yang rugi dan menyesal. Bahkan orang yang telah berbuat baik sekalipun, akan menyesal. Mengapa dia tidak berbuat baik lebih banyak, lebih sering? Bukankah "khoirunnas anfauhum linnas", bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain?

Anda merasa menyesal berada di taman bacaan, tidak masalah. Penyesalan itu lumrah. Tapi penyesalan bukan berarti negatif. Justru penyesalan bisa berdampak positif bila mampu direnungkan dan dijadikan hikmah dalam hidup. Karena dengan menyesal, siapa pun bisa memperbaiki niat dan meningkatkan ikhtiar. Agar rasa sesal mampu menjadikan untuk:

1. Makin tahu kemampuan diri sendiri untuk meningkatkan "tahu ilmu tahu diri tahu arti peduli" dan mengenal kelebihan -- kekurangan  diri sendiri.

2. Meminimalisasi kegagalan untuk bahan evaluasi dan pembelajaran ke depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline