Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Meradang, Sakit "Demam" Pilpres

Diperbarui: 5 Februari 2019   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Gara-gara Pilpres, banyak yang sakit "demam".

Suhu badan-nya di atas 37oC, tiap hari "meradang". Antibodi-nya udah mulai drop. Jadi makin demam, akibat orang yang gak disuka makin moncer. Gara-gara Pilpres, banyak orang sakit "demam". Semoga saja, gak sampai "sawan" dan segera sembuh.

Saking "demam"-nya, seorang kawan sampai masuk rumah sakit.

Panasnya gak turun-turun. Matanya mendelik terus. Di-kompres juga gak ampuh. Maklum lagi demam. Lha, gimana gak demam? Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, demam-nya gak hilang-hilang. Demam-nya terlalu akut, terpaksa harus diwarat, kata dokter.

"Kenapa harus dirawat Dok..?" tanya kawan yang sakit demam.

Dengan santai, sang dokter, "Iya karena virus cacian, hujatan, dan fitnah-nya sudah kronis. Tiap hari kayaknya ya? Kurangin dong kalo mau sehat"

Memang, kalau lagi sakit "demam" agak susah.

Udah tahu ngantuk, bukannya tidur malah melek terus. Ngintipin medsos orang. Demam pilpres, sakitnya gak sembuh-sembuh. Bawaannya nyolot sama orang yang gak disuka, benci sama capres orang lain. Penyakit "demam" pilpres, memang musiman. Tapi bahaya, karena udah kronis.

Namanya juga lagi sakit. Demam pilpres.

Mau diapain lagi. Tiap hari meriang, meradang kalau orang yang gak disukai makin berkibar. Senjatanya, apalagi kalau bukan menjelek-jelekkan, membenci atau menebar hoaks.

Ya udah, mau diapain lagi. Namanya juga lagi sakit "demam" pilpres.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline