Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

TBM Lentera Pustaka Menapak "Jalan Terjal" Tradisi Baca Anak

Diperbarui: 12 Oktober 2018   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Jelang 1 tahun TBM Lenter Pustaka, event bulanan edisi Oktober 2018 terbilang spesial. Karena sejak didirikan pada 5 November 2017 lalu, TBM Lentera Pustaka tidak pernah putus mendatangkan "tamu dari luar" untuk mengisi acara bulanan dan berbagi kepedulian kepada anak-anak TBM Lentera Pustaka yang berasal dari keluarga prasejahtera dan sebelumnya sangat jauh dari akses buku bacaan.

Harus diketahui, TBM Lentera Pustaka hadir tujuan utamanya adalah menekan angka putus sekolah di Desa Sukaluyu yang selama ini hanya lulusan SD 81% dan SMP 9%. Maka untuk mengubah "mind set" dan perilaku anak-anak, TBM Lentera Pustaka berusaha mengubahnya melalui buku bacaan. Karena dengan bacaan, ilmu dan pengetahuan menjadi bertambah ke arah yang lebih baik. Bonusnya adalah terbangunnya tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah.

Maka hasilnya, mentari pun mulai bersinar terang. Raut wajah berseri dan tatapan mata harapan pun kini bersemayam di sekitar 80 anak-anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka. Seminggu 3 kali mereka membaca rutin di "jam baca" dengan bimbingan 2 fasilitator. Hingga kini, rata-rata berhasil membaca 5-8 buku per minggu. Anak-anak yang dulu sulit mendapat akses buku bacaan, bahkan sulit berbicara dengan jelas. Kini berubah, dan gemar membaca sambil bersuara dengan senang hati. Tanpa ada lagi rasa minder, tanpa rasa rendah diri.

Apakah cukup sampai di sini?

Tentu tidak. TBM Lentera Pustaka kini merambah pada program pemberdayaan masyarakat yang lebih luas. Melalui program tanaman 1.000 polybag, TBM Lentera Pustaka ingin menjadikan "zona baca hijau" di wilayah sekitar di samping bertekad mewujudkan "Wisata Literasi Lentera Pustaka" sebuah konsep wisata alam sambil melakukan perjalanan sambil membaca buku sejauh 1,2km menyusuri sungai.

"Jelang 1 tahun usianya, TBM Lentera Pustaka telah berjalan sesuai harapan dan memberi kontribusi terhadap tradisi baca anak-anak Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu. Ini cara sederhana untuk menekan angka putus sekolah. Terima kasih atas kerjasamanya, atas kepeduliannya" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka yang kini tengah menempuh studi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak Bogor.

Ke depan, TBM Lentera Pustaka akan terus dikelola secara kreatif dan inovatif. Karena itu menjadi cara penting untuk menjaga keberlangsungan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak. Dengan koleksi 2.850 buku bacaan, TBM Lentera Pustaka bertekad untuk menegakkan budaya baca yang lebih baik lagi di kalangan anak-anak, di samping dapat menekan angka putus sekolah.

Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada korporasi seperti Ciptadana Asset Management, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, PDPLK dan Bank CIMB Syariah Bandung yang telah mensponsori pendirian TBM Lentera Pustaka. Dan para relawan pengisi acara bulanan, donatur dan rekan-rekan yang peduli terhadap pengabdian sosial dan taman bacaan masyarakat. Khusus kepada anak-anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka, petugas baca, dan masyarakat sekitar teruslah bersemangat karena "matahari itu akan bersinar lebih terang".

Patut direnungkan. Sama sekali tidak mudah menginisiasi tradisi baca anak dan masyarakat. Penuh tantangan bahkan kendala yang kadang bikin frustrasi. Tapi di situlah, TBM Lentera Pustaka makin kuat dan istiqomah dalam menjalaninya. Karena TBM Lentera Pustaka yakin tiap niat baik yang diikuti ikhtiar baik, pasti Allah SWT mudahkan dan lindungi.

Maka ketahuilah. Ketika kita mengelola taman bacaan masyarakat. Semula kendalanya adalah 1) buku ada anak tidak ada dan 2) anak ada buku tidak ada. Ternyata itu tidak cukup, karena sebuah pengabdian sosial di taman bacaan masyarakat sangat dibutuhkan komitmen dan kesabaran pengelolanya, pendirinya agar tidak mudah menyerah. Ibarat, tetap melangkah untuk meraih sinar walau harus berjalan di hutan gelap yang sepi dan ribuan kilometer jaraknya. Karena terang itu pasti datang setelah gelap; seperti pagi yang menanti malam berlalu.

Di tengah gempuran era digital dan peradaban yang kian menggila, perbuatan kecil yang masih bisa dilakukan adalah menanamkan tradisi baca anak-anak. Karena membaca, hanya perilaku sederhana yang bisa membuat kaya anak-anak di masa datang. Biarkan mereka bersinar ...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline