Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Saya Harus Mengaku Salah

Diperbarui: 10 September 2017   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Saya harus mengaku salah. Karena waktu kuliah sudah tiba. Tapi buku "Menulis Ilmiah" yang sudah dipersiapkan tetap belum kelar juga. Penerbit udah nungguin, Tapi lagi-lagi, naskahnya belum tuntas. Baru 70% dan gak mungkin dipaksain untuk dicetak. Harus mengaku salah. Karena buku yang harusnya rampung dan sudah cetak, nyatanya gak bisa terealisasi.

Namanya manusia, pengen begini pengen begitu wajar saja. Tapi kalo gak bisa direalisasikan. Pasti ada yang salah di diri kita. Dan suatu kali, kita perlu "mengakui salah". Itu sudah cukup.

Manusia emang dilengkapi kelebihan bahkan kehebatan. Tapi di sisi yang lain juga melekat ketidakmampuan dan kelemahan. Itu pasti, karena gak ada manusia yang sempurna. Cuma sekarang, gak banyak orang yang mau "mengaku salah". Sehingga lupa untuk terus "berbenah diri".

Beruntunglah, mereka-mereka yang "mengaku benar", "mengaku baik". Mungkin mereka sudah selelsai dengan dirinya sendiri. Hingga telah paripurna, sudah menjadi sempurna. Alhamdulillah.

Agak wajar kalo akhirnya, banyak dari kita yang sibuk mencari aib orang lain. Gak mampu lagi melihat kebenaran yang dilakukan orang lain. Sulit untuk introspeksi diri. Hingga terlupa untuk melihat aib dan kekurangan diri sendiri.

Mengaku salah. Itu terjadi pada diri saya. Karena gak mampu menyelesaikan buku "Menulis Ilmiah" yang harusnya sudah selesai. Dan saya, gak mau cari kambing hitam. Tapi hanya bisa "mengaku salah". Itu sudah cukup. Berikutnya, "berbenah diri" agar naskah buku itu bisa saya selesaikan.

Mengaku salah, memang gak banyak orang yang "mau" melakukannya.

Lihat saja, KPK merasa benar. DPR juga merasa paling benar. Wajar jadinya kisruh. Sekarang ini, emang banyak kayka begitu. Saling mengaku benar, tanpa ada yang mau mengaku salah. Kenapa bisa begitu?

Sukar "mengaku salah" karena gak bisa menerima kenyataan bahwa kita salah. Takut malu. Hingga akhirnya sulit mengaku salah. Lalu mulai cari argumen dan cara untuk menutupinya. Gak heran, kita pun terus berusaha membenarkan diri terus-menerus.

Sulit "mengaku salah" juga bisa terjadi karena kita gak mau menerima "kebenaran" orang lain. Kita gak rela kalo orang lain benar, apalagi orang yang kita gak suka, orang yang kita benci. Wajar, kita jadi lupa bahwa kita itu ada di dunia untuk "membela kebenaran" bukan "membela diri". Kadang di kasih embel-embel, demi harga diri demi gengsi.

Sukar "mengaku salah" karena kita takut orang tahu bahwa kita salah. Lalu kita dianggap jelek, jadi takut malu. Apalagi zaman begini, gak sedikit orang yang "nungguin orang lain" berbuat salah. Biar gampang untuk menyerang, biar punya "pintu masuk" untuk menjatuhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline