Lihat ke Halaman Asli

Syahidah Fathimah Qurani

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Kebangsaan Republik Indonesia

Menelisik Peluang Generasi Zilenial Untuk Menjadi Calon Pemimpin Indonesia 2024

Diperbarui: 13 Januari 2023   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu. Sumber Ilustrasi: https://pin.it/1ToL2GM

Di tengah maraknya persiapan menuju pemilu presiden dan wakil presiden pada Februari 2024, saat ini hampir seluruh partai sudah menunjukkan calon presiden yang akan diusung. Tidak lupa pula, para calon yang diusung mulai menunjukkan bakat dan kemampuan yang dimiliki untuk menarik perhatian masyarakat. Sejumlah nama yang ramai diperbincangkan seperti Prabowo Subianto dari partai Gerindra, Agus Harimurti Yudhoyono dari partai Demokrat, Ganjar Pranowo dan Puan Maharani dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Anies Baswedan dari partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan beberapa nama besar yang diusung oleh partai lainnya.

Semua nama diatas merupakan nama yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Tercatat begitu banyak prestasi yang telah mereka raih untuk membangun negeri. Namun, populasi dunia saat ini didominasi oleh generasi zilenial, generasi muda yang lahir kisaran tahun 1981 hingga kini. Generasi Y & Z atau yang lebih sering disebut dengan istilah generasi zilenial ini lahir di tengah dunia yang sudah mulai berada dalam revolusi industri berbasis internet. Generasi ini seringkali dianggap apatis dan skeptis akan banyak hal disebabkan oleh hampir semua informasi dapat diterima dengan mudah. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa generasi Zilenial merupakan generasi yang cerdas dan adaptif akan segala perubahan yang terjadi. 

Generasi yang cenderung memiliki semangat yang tak kalah besar untuk membangun negeri dengan segala potensi yang dimiliki setiap individu. Bahkan, tujuh puluh tujuh tahun yang lalu, sekelompok pemuda Indonesia telah berjuang untuk meraih kemerdekaan dan mengharumkan nama bangsa. Lantas, apakah peran penting pemuda dimasa lalu akan kembali terulang dimasa sekarang?

Melihat melalui kacamata kompetensi dan elektabilitas, generasi Zilenial sebetulnya tidak kalah saing dengan para calon pemimpin yang saya sebutkan diatas. Terlihat bahwa pemuda Indonesia saat ini, seperti Belva Devara dan Iman Usman yang sukses membangun bisnis hingga ke kancah internasional dengan membangun Ruang Guru untuk pendidikan Indonesia yang lebih maju. Selain itu, ada pula Putri Tanjung yang merupakan staff khusus presiden RI, Maudy Ayunda dengan segudang prestasi yang diraih, Sherly Annavita Rahmi seorang penggiat politik dan motivator muda, Greysia Polii dan Apriani Rahayu yang memenangkan Olimpiade Tokyo dan tentu masih banyak lagi prestasi yang telah diraih oleh pemuda generasi zilenial ini.

Karakteristik generasi zilenial memiliki ciri yang cukup berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi ini bisa lebih mudah untuk mempengaruhi masyarakat, mampu beradaptasi dan belajar dengan lingkungan baru secara cepat, mampu berinovasi dan bersaing dengan luar, loyal terhadap negara, selalu bertanya akan segala hal, berani dan aktif berpendapat. Kesemua hal tersebut selaras dengan syarat menjadi pemimpin Indonesia. Tapi tidak dipungkiri, setiap kelebihan tentu memiliki kekurangan. Generasi zilenial merupakan generasi yang lahir disaat situasi sedang dala disrupsi teknologi. Tidak jarang, generasi zilenial seringkali mengeluhkan dan memprioritaskan kesehatan mental secara berlebih. Hal ini dapat berdampak positif juga negatif. Sebagai pemimpin negara, tentu sudah sepatutnya mampu bertahan dan mengontrol diri sendiri terlebih dahulu sebelum masyarakat.

Terlepas dari itu semua, sayangnya tidak semudah itu untuk menjadi calon pemimpin Indonesia. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, dimana kandidat dengan suara terbanyak ialah yang terpilih. Demokrasi tidak terlepas dari partai politik, hierarki dan juga birokrasi. Tentu semua calon presiden yang saya sebutkan diatas tidak terlepas dari kekuatan partai yang menaungi. Setiap partai berupaya semaksimal mungkin untuk memenangkan kompetisi demi kemenangan calonnya. Tidak jarang, kita mendengar istilah koalisi, afiliasi bahkan oposisi dari setiap partai semata -- mata demi kemenangan pemilu yang diharapkan.

Dengan demikian, peluang untuk generasi zilenial tidak akan besar apabila berdiri sendiri dan tidak berafiliasi dengan suatu partai. Bahkan, dalam skala yang lebih realistis, untuk masuk kedalam kandidat pun menjadi mustahil untuk dilakukan. Menjadi calon pemimpin khususnya dengan negara yang menganut sistem demokrasi, bukan hanya elektabilitas dan kompetensi saja yang menjadi hal utama. Tapi setidaknya perlu tiga hal yang di pertimbangan untuk memenangkan suara, diantaranya adalah afiliasi partai yang besar sehingga memungkinkan memperoleh suara yang banyak, elektabilitas dan kredibilitas untuk membangun kepercayaan publik, serta popularitas untuk menumbuhkan personal branding pada masyarakat.

Terlepas dari  semua konstitusi yang ditetapkan pemerintah, tulisan saya diatas hanya sekedar menawarkan salah satu bentuk alternatif kepada generasi zilenial bahwa generasi ini juga berpotensi untuk menjadi calon pemimpin Indonesia dimasa mendatang. Sekarang upaya pemerintah yang menghambat atau membatasi pencalonan dengan sistem bagaimana yang perlu diketahui.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline