Lihat ke Halaman Asli

Suyito Basuki

TERVERIFIKASI

Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Teror Anjing Rumah

Diperbarui: 15 Februari 2022   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: gramedia.com

Teror Anjing Rumah

Oleh: Suyito Basuki

Seorang teman berhutang kepada kami untuk menambah biaya pengobatan ayahnya di rumah sakit.  Saya tidak bisa memberi pinjaman uang secara tunai karena istri sedang dirawat di rumah sakit juga.  Untuk mendapatkan uang, maka mobil dipinjam kami untuk digadaikan.  Sebelumnya memang kami membeli mobil dari dia dan STNK berikut BPKB masih atas nama dia.  Akhirnya teman tadi bisa mendapat uang, mungkin sekitar 50 juta dengan tenor cicilan selama satu  tahun atau 12 bulan.  "Mungkin tidak selama itu saya pinjam.  Dalam tiga bulan akan segera saya tutup pinjaman itu." Demikian ujarnya mantap.  Rekan saya ini pekerjaannya sebagai developer pribadi.  Maksudnya,  keluarganya memiliki sebidang tanah di pusat kota dan dia ia yang memiliki pendidikan teknik sipil, membangunkan rumah konsumen dengan sistem pesan bangun sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Setelah lewat tiga bulan seperti yang ia janjikan, uang pinjaman belum ia lunasi.  Karena saya membutuhkan dana untuk suatu kebutuhan, maka mobil yang ia jaminkan saya jual, dengan lebih dulu saya melunasi pinjaman uang dengan jaminan STNK dan BPKB mobil kami itu.  Saya sudah bicarakan baik-baik dengan teman itu sebelumnya, dia sepakat untuk kekurangan angsuran ke lembaga pemberi pinjaman itu akan diberikan kepada saya setiap bulannya hingga lunas melalui transfer bank. Kami percaya saja dengan kesediaannya.

Suatu saat saya bersama istri berkunjung ke rumahnya.  Bangunan rumahnya cukup luas dan dirancang berlantai dua.  Hanya yang lantai dua belum selesai.  Bangunan rumah berlantai dua yang ia rancang itu nampak dalam foto profil WA-nya.  Kami berkunjung untuk menengok keadaan ayahnya yang sakit.  Saat itu, kami terkejut ketika tengah duduk di ruang tamu karena mendengar gonggongan anjing di dalam rumah.  Tidak lama kemudian dua ekor anjing sebesar kambing etawa keluar ke ruang tamu.  Saya tidak tahu jenis anjing apa itu.  Hanya anjing-anjing itu kelihatan tinggi, gagah dengan suara gonggongan tajam di telinga.  Segera saja teman pemilik rumah itu membawa anjing-anjingnya ke tempatnya, masih di dekat ruang tamu itu.

Teman saya itu kemudian menjelaskan bahwa anjing-anjingnya memang sengaja dimasukkan ke dalam rumah demi kemanan dan tidak berbahaya katanya.  Saat dia berkata bahwa anjing-anjingnya tidak berbahaya, saya kurang begitu percaya, karena suatu ketika tangan rekan saya ini dibebat kain perban karena luka akibat digigit anjingnya.  Dia digigit saat memberi makan atau memandikan anjingnya, saya agak lupa.

"Anjing saya ini luar biasa, tahu hati baik buruk orang lho," demikian ujarnya.  Kok bisa?  Kemudian dia bercerita bahwa suatu ketika pemilik sebuah toko bangunan, seorang keturunan Tionghoa, datang menagih hutang ke rumahnya.  Karena perkataan pemilik toko bangunan ini kasar, ya mungkin jengkelah karena hutangnya tidak dibayar-bayar juga.  Kata teman saya tadi lebih lanjut, tiba-tiba anjingnya menggonggong dan mau menggigit pemilik toko bangunan tersebut.  Kepadaku dan istri, anjing ini hanya menggonggong saja tetapi tidak menunjukkan perilaku yang galak, apalagi mau menggigit.  Saya berpikir, wah kalau begitu hatiku dan hati istriku dilihat baik dong oleh anjingnya? Hehehe...

Sudah enam tahun lebih, rekan saya tadi belum melunasi hutangnya kepada kami.  No HP-nya yang tersimpan di HP kami tidak bisa kami lihat  karena HP kami tidak bisa diaktifkan disebabkan  saya lupa dengan password perusahaan HP yang diberikan.  Oleh karenanya saya tidak bisa menghubunginya lagi.  Dulu saat saya WA, dia selalu berdalih belum ada uang, proyek rumah yang dibangun belum ada konsumen yang beli.  Doakan ya ini ada orang dari Bali yang mau beli, katanya.  Saya jawab ya dan perasaan sih sudah berdoa dengan sungguh-sungguh.   Tapi kemudian tidak ada beritanya, sampai saya tanya kapan akan melunasi hutangnya yang sebetulnya senilai di bawah 10 juta itu dengan alasan uang akan saya gunakan untuk membayar kuliah anak dan keperluan lain.  Tetapi jawabnya klasik, belum ada uang nanti dikabari dan lain-lain. 

Saya jelas tahu rumahnya.  Saya pernah mampir mau ketemu, tetapi dijawab anaknya bahwa bapaknya sedang tidak ada di rumah.   Saya hanya bertanya dari luar pagar saja, tidak masuk rumah karena anjing yang mengikuti anak rekan tadi sudah menggonggong. Seorang rekan lain yang keluarganya berdomisili di situ mengatakan bahwa rumah teman yang meminjam uang itu sekarang sudah jadi lantai dua dan sangat bagus.  Sampai sekarang saya tidak lagi berusaha mendatangi rumahnya, padahal hampir setiap seminggu dua kali saya pasti melewati jalan raya di dekat rumahnya.  Saya terus terang takut dengan anjing-anjingnya.  Semisal saat bercakap dan mengingatkan tanggung jawabnya untuk melunasi hutangnya, mungkin hati saya jadi dongkol sehingga ucapan tidak terkontrol, mungkin anjingnya akan menggigit atau menubruk saya.  Iiih, ngeriii...

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline