Sebagai generasi baby boomers tentu mengenal nama besar Lenny Marlina, berbeda tentunya dengan generasi Z yang mungkin belum mengenal namanya.
Jujur saja saat 1970-1990 saat Lenny Marlina berada di puncak karirnya, saya jarang menonton film nasional, kecuali yang memenangkan penghargaan. Selain karena mutu film nasional era itu masih belum sebagus saat ini, juga saat itu saya masih pelajar / mahasiswa / pekerja awal yang kantongnya masih terbatas, sehingga harus selektif saat masuk ke gedung bioskop. Meski saya tergolong maniak film menurut penilaian teman-teman saya.
Kembali ke Lenny Marlina, ia adalah aktris yang banyak membintangi film-film nasional. Hanya saja film-filmnya yang saya tonton terbatas.
Lenny Marlina lahir tanggal 19 Februari 1954 dari keluarga Sunda. Berawal dari model dan sempat memenangkan Ratu Kebaya di Bandung pada 1970. Kemenangan ini yang berdampak, Lenny Marlina mulai dilirik insan perfilman nasional.
Hanya beberapa film Lenny Marlina yang sempat saya tonton, karena memperoleh penghargaan, seperti:
* "Ananda" (1970), meski ini awal karirnya, tetapi Lenny Marlina langsung meraih penghargaan sebagai Pendatang Batu Terbaik di Festival Film Asia di Malaysia.
* "Ranjang Pengantin" (1974), Lenny Marlina beradu peran dengan Slamet Rahardjo Djarot. Film ini meraih Best Director, Best Actor dan lainnya pada Piala Citra 1975.
* "Jangan Ambil Nyawaku" (1981), kali ini Lenny Marlina beradu peran dengan Frans Tumbuan. Lenny Marlina memperoleh predikat Best Actress pada Festival Film Indonesia.
* "Kembang Kertas" (1984), dalam film ini Lenny Marlina dinominasikan sebagai Aktris Pendukung Terbaik di Festival Film Indonesia.
Meski saya tahu Lenny Marlina membintangi banyak film dan telah memenangkan beberapa penghargaan kelas nasional dan Asia. Namun film-filmnya belum sempat saya saksikan semuanya.