Lihat ke Halaman Asli

Jangan Unggah Sembarang Konten

Diperbarui: 11 Agustus 2021   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosial media (sumber: pixabay.com)

Kita sudah  memasuki era digital. Justru pada saat pandemi, pemanfaatan digital makin meluas. Ada wisata virtual, rapat virtual, pelatihan / seminar virtual, diskusi virtual, kuliah atau sekolah online dan belanja online, serta banyak lagi yang serba virtual dan online. 

Konten-konten di sosial media juga makin beragam, ada tulisan di Facebook atau blog pribadi maupun blog keroyokan seperti Kompasiana, video di Youtube atau IG TV, foto atau gambar pada hampir semua sosial media. 

Kita hidup dalam masyarakat yang terdiri dari manusia-mznusi yang sangat beragam, beda latar belakang agana, pendidikan, suku maupun budaya. Karena itu diperlukan norma-norma yang harus ditaati agar masyarakat dapat berinteraksi dengan baik dan saling bertoleransi.

Membuat konten baik serius maupun  berguraupun ada batasannya, tidak boleh menabrak norma-norma yang telah disepakati. Dan uniknya, tiap orang dan lingkungannya, memiliki norma yang berbeda terhadap suatu konten. 

Ada yang dianggap biasa karena dilakukan diantara teman dan lingkungan tertentu, tapi kalau konten yang sama dilakukan di dalam tempat atau lingkungan yang berbeda  bisa berakibat kegaduhan bahkan bisa sampai ke ranah hukum, karena dianggap mencemarkan nama baik atau menista kelompok tertentu. Apakah semua pembuat konten menyadari hal ini?

Bukannya bermaksud mengkotak-kotakkan manusia, namun pada realitanya tiap orang memiliki kedudukan berbeda dalam masyarakat. Kedudukan itu diperoleh karena prestasi kerja, faktor umur, tingkat pendidikan dan juga presepsi masyarakat mengenai dirinya. 

Karena kita hidup dalam masyarakat, maka apa yang kita lakukan harus disesuaikan dengan kedudukan yang kita pangku. Seorang Office Boy masih bisa ditolerir memasukkan kata makian dalam setiap perkataannya, orang akan memakluminya dan berujar  "Office Boy sih yang ngomong". 

Maaf ini hanya sekedar contoh, dan bukan bermaksud memojokkan atau merendahkan jabatan Office Boy yang cukup penting pada sebuah perusahaan. Orang akan memaklumi dan mudah melupakan hal tersebut. Berbeda halnya bila seorang direktur perusahaan tentu tidak lazim memasukkan kata makian dalam perataannya,. 

Harus menjaga sopan santun dan tingkah lakunya disesuaikan dengan jabatannya. Tentu saja tidak ada larangan bagi seorang direktur untuk memasukkan kata makian dalam perkataannya, tapi hal tersebut hanya akan menurunkan penilaian orang terhadap kepribadian direktur tersebut.

Mengunggah konten

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline