Lihat ke Halaman Asli

HG Sutan Adil

Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Ziarah Qubro, Tradisi Lokal Warisan Budaya Palembang Yang Mendunia

Diperbarui: 4 Maret 2024   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokument Sutanadil Institute

ZIARAH QUBRO, TRADISI LOKAL WARISAN BUDAYA PALEMBANG YANG MENDUNIA

Oleh : HG Sutan Adil

Sebagai Kota Pusaka dan Kota Tertua di Indonesia, Kota Palembang menjadi saksi bisu adanya peradaban dari berbagai penjuru dunia yang juga bisa dibilang sebagai sebuah Kota Kosmopolitan karena  ditandai dengan hadirnya masyarakat kosmopolitan global yang berasal dari berbagai latar belakang budaya, bangsa, tingkat ekonomi, serta gaya hidup  dan juga menjadi Pusat Perdagangan dari para pedagang-pedagang Arab, Melayu, India, Tiongkok, Persia dan Eropa.

Nilai-nilai relegius pada kehidupan masyarakat kosmopolitan tersebut akhirnya meniggalkan budaya lokal  yang kental yang salah satunya menjadi hal kearifan lokal saat ini. Wujud dari kearifan lokal tersebut adalah pada sistem religi yang khas dan hanya ada di Kota Palembang, yaitu adanya tradisi Ziarah Qubro.

Tradisi Ziarah Qubro ini dilakukan oleh masyarakat Palembang yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan atau lebih tepatnya pada 10 hari terakhir bulan Sya’ban atau 10 hari menjelang  bulan Ramadhan.  Ziarah Qubro ialah ziarah kubur ataupun kunjungan ke makam, masjid dan tokoh-tokoh agama,  dan yang terutama adalah ke makam para Wali Penyebar Agama Islam di Wilayah Palembang.

Dokument Sutanadil Institute

Ziarah Qubro mulai dikenal luas ketika Islam berkembang pesat di Palembang pada sekitar abad ke-16 yang ditandai dengan meningkatnya peran warga keturunan Arab menjadi penasihat ataupun guru spiritual pimpinan kerajaan, dan tradisi ini terjaga sampai saat ini.

Puncaknya terjadi pada awal abad ke-19, Palembang menjadi pusat komunitas Arab di Pulau Sumatra, seperti layaknya Aceh. Kondisi ini dapat terjadi karena kebijakan Sultan Mahmud Badaruddin Pangeran Ratu Raden Hassan, sebagai Sultan Palembang Darussalam, yang memberikan ruang bagi komunitas warga keturunan Arab untuk menetap di wilayah Palembang dan menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat lokal.

Sejak saat itu tradisi Ziarah Qubro mulai menjadi ritual bersama warga keturunan Arab dan warga Palembang lainnya. Artinya telah terjadi akulturasi budaya Arab dan Palembang saat ini. Tradisi Ziarah Kubro ini dimaknai sebagai upaya untuk introspeksi diri dan mengingatkan para peserta ziarah akan besarnya peran ulama dan para pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam dalam menyebarkan Agama Islam hingga pada masanya Palembang dapat menyaingi atau bahkan menyalip Aceh sebagai pusat pembelajaran Agama Islam.

Dokumen Sutanadil Institute

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline