Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Hari Santri 22 Oktober adalah Bukti Kuatnya Hubungan Agama dengan Negara

Diperbarui: 22 Oktober 2020   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bismillah,

Saya bersyukur bahwa dalam kurun waktu yang lama banyak berkecimpung dengan para santri di sejumlah negara. Sewaktu belajar di UK, saya dikenalkan dengan para santri ketika ikut program "huruj fisabilillah" di Luton, Bedfordshare, kemudian di London dan Dewsbury North England. Demikian juga ketika saya ikut huruj di Malaysia, Thailand dan tentu saja Indonesia.

Imej terhadap santri

Sejak saya kenal santri, imej saya kepada mereka sangat spesial. Mereka itu adalah manusia pilihan. Mengapa?  Karena mereka itu adalah manusia yang terpelajar dengan dua jenis ilmu yakni ilmu dunia dan ilmu akhirat. Keliru sekali jika ada yang memandang sebelah mata para santri.

Di dalam dada mereka ada ilmu para nabi. Yakin mereka bagus. Akhlak mereka bagus  Iman mereka kokoh. Kekeluargaan di antara para dantri sangat bagus. Ketrampilan meteka banyak. Pendek kata para santri itu di mata saya adalah sangat sangat spesial.

Asal usul 

Salah satu versi mengenai asal usul istilah "santri", seperti dikutip dari buku Kebudayaan Islam di Jawa Timur: Kajian Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan (2001) karya M. Habib Mustopo, mengatakan kata "santri" berasal dari bahasa Sanskerta.

Dikutip Harian Kompas, 22 Oktober 2015, Hari Santri Nasional ditetapkan lewat Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. 

Penetapan ini didasarkan atas fakta sejarah bahwa pada 22 Oktober 1945 Hasjim Ashari menyerukan kepada para santri untuk berjihad membela negara melawan penjajah. Berjihad membela negara melawan penjajah hukumnya fardhu ain kepada setiap pribadi santri kala itu. Ribuan para santri ikut dalam peperangan melawan tentara sekutu, NICA. 

Istilah "santri" bisa pula dimaknai dengan arti "jagalah tiga hal", sebagaimana yang tertulis di buku Sejarah Pergerakan Nasional (2015) karya Fajriudin Muttaqin dan kawan-kawan, yaitu menjaga "ketaatan kepada Allah, menjaga ketaatan kepada Rasul-Nya, dan menjaga hubungan dengan para pemimpin".

Sedangkan menurut Menteri Agama RI 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, santri juga memuat makna sebagai duta perdamaian. "Santri adalah pribadi yang mendalami agama Islam yang berasal dari akar kata salam yang artinya kedamaian. Itulah inti jiwa santri," sebagaimana disampaikannya pada JPPN.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline