Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Bos Mesti Tanggung Jawab

Diperbarui: 28 Desember 2019   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pri

Bismillah, Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad.

Pengalaman memperbaiki atap yang bocor dan ada pohon tumbang sejak dua hari ini memberi pelajaran berharga bagi saya dan keluarga. Hari Rabu malam 26 Desember 2019 terjadi hujan lebat disertai dengan angin kencang. Banyak rumah yang kebanjiran baik karena bocor atau kemasukan air dari luar rumah.

Rumah kami Alhamdulillah tidak banjir dari samping tapi banjir dari atas. Banjir teejadi karena atap di ruang taman dalam rumah sebagian diterbangkan angin yang malam itu memang mirip badai. Angin mirip topan itu membawa pergi atap dari fiber gelas itu ke tempat lain di bagian rumah. 

Kamar tamu kami juga korban keganasan tamu itu. Demikian juga ruang makan yang berhadapan langsung dengan taman dalam rumah jadi korban keganasan air hujan dan angin.

Belum lama hujan berlangsung listrik pun mati. Entah berapa lama lampu mati tidak ingat karena sesudah gotong royong sebentar membersihkan air yang menyenangi ruang makan badan jadi capek dan berbaring lalu tertidur. Pagi sekali sudah bangun.

Alhamdulillah sesudah shalat dan sarapan pagi kami berbagi tugas dengan anak-anak. Ada yang bertugas itu, ada yang ini. Saya bertugas di bagian atap rumah yang bocor dan setelah itu membersihkan lahan yang terimpa pohon yang tumbang. Untuk tugas luar itu saya berkomunikasi dengan tukang taman kami untuk datang membantu kami.

Pembantu hanya membantu

Tukang taman kami itu membantu tugas tugas di atas rumah dan luar rumah. Hari itu hari jumaat. Tugas membenarkan atap yang rusak itu ganda pekerjaannya. Kenapa ganda? Karena atap yang kualitas jelek harus dibongkar dan diganti dengan seng fiber gelas. Bagus tapi memang mengurang isi kantong.

Saya sebagai owner tetap saja naik turun ke atap rumah karena harus dimandori dan saya memang senang kerja.

Sebelum tengah hari kita istirahat dan saya meminta tukang untuk pulang agar dia melakukan shalat Jumaat. Ternyata setelah jumaat saya bertanya kepadanya apakah dia shalat Jumat, dia bilang tidak karena capek. Saya bilang padanya jangan lagi meninggalkan shalat Jumat karena tiga kali kita meninggalkan shalat Jumaat kita dianggap murtad.

Setelah jumaat kami membersihkan lahan yang terimpa pohon asam. Pohon ini keras tapi tumbang karena pernah terbakar. Sebelah batangnya membusuk. Dengan angin kencang itu dia tumbang. Alhamdulillah sebagian pohon sudahampu dipotong menggunakan parang dan chainsaw. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline