Lihat ke Halaman Asli

Suparjo Ramalan

Kerja Keras & Kerja Cerdas

Ketika Garap-garap Proyek Jadi Tren di Kalangan Aktivis Kampus

Diperbarui: 1 Juli 2019   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malam itu, saya lupa pukul berapa dan hari apa, sebuah message via WhatsApp muncul di layar HP saya, tentu saja, message itu dari orang yang cukup saya kenal. Isi message itu kira - kira seperti ini "Assalammualaikum dinda, nggak sibuk, kan ?, bisa ketemu malam ini ?."

Nggak mikir panjang saya pun membalas "Ketemu di mana, kanda ?."

Pertemuan pun berlangsung di sebuah kedai kopi yang nggak jahu dari kampus, tempat saya pontang - panting selama lima tahun enam bulan dua minggu delapan hari karena nggak kunjung diwisudai. Seperti yang sudah-sudah, pertanyaan basah-basih selalu jadi favorit pembuka obrolan manusia mana pun.

"Gimana kabar dinda?."

 "Kapan wisudahnya?"

 "Agenda terdekat apaan?" Maksud pertannyaan ini ditujukan ke pengurus harian salah satu organisasi ekstra kampus yang saya ikuti dan kebetulan saya salah satu pengurus hariannya.

Tanpa menunggu waktu lama, pertanyaan basah-basih itu pun berlangsung menjadi obrolan gado-gado (variatif). Dari tema soal organisasi, menjadi tema sepakbola hingga obrolan yang  begitu cair kayak es cendol, tentu saja soal wanita. Ehemm.

Sebenarnya, obrolan malam itu cukup mengasikan bagi saya, lagi-lagi soal wanita, tentu saja. Namun, perkaranya obrolan yang secair itu harus berujung menjadi bak obrolan politisi korup dengan pengusaha kaya yang penuh perhitungan untung rugi secara ekonomi dan politik.

Artinya, kawan obrolan saya itu harus menyodorkan sebuah tawaran yang menurut saya adalah inti pertemuan kami.

"Saya mau kasih kamu gawean, kamu buat seminar soal bla, bla, bla dan nggelar aksi soal bla, bla, bla. Ada anggaran operasionalnya. Yah, cukup lah ngebantu keuangan kepengurusan periode kamu." Kira - kira macam itu tawarannya.

"Nanti peserta dan masa aksi akan di bayar per kepala. Yah, kamu dan temen - temen bisa lah itung - itungan di situnya. Mayan, kan duitnya ?."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline