Lihat ke Halaman Asli

Maskatno Giri

Mas Guru b. Inggris SMAN 1 Girimarto - SMAN 1 Sukoharjo

Menurut Saya, Pendidikan Gratis Merugikan

Diperbarui: 19 November 2023   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah bertahun-tahun tahun, sekolah kami menerapkan free charge for school atau sekolah gratis alias total tanpa pungutan sepeserpun dari siswa untuk keperluan biaya pendidikan.

Keperluan semua jenis buku mengandalkan perpustakaan. Demikian juga tentang seragam. Seragam sekolah atau pun seragam olahraga, juga tidak disediakan di sekolah. Orangtua siswa harus berusaha sendiri.

Dampak negatif dari program pendidikan gratis terlihat nyata di sekolah kami. Kalau dibicarakan lebih detail sebenarnya bisa membuka aib sendiri. Namun, di sini kami mau menyebutkan beberapa dampak negatif tersebut.

Pertama

Wali siswa atau orang tua tidak bisa menuntut banyak tentang perkembangan atau kemajuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, karena orang tua sadar sekolah gratis kok minta neko-neko. Kami yakin di antara beberapa orang tua ragu-ragu setelah melihat nilai yang tercantum di rapor.

Apakah nilai rapor itu sebagai gambaran sebenarnya dari kondisi kemampuan siswa atau cuma nilai "kepalsuan". Karena kami pernah menanyakan ke salah satu orang tua bahwa putranya tidak pernah belajar sama sekali di rumah. Kalau malam pasti keluar malam, dan terkadang pagi hari mengantuk, lalu mohon izin tidak masuk sekolah. Eeh ternyata nilai di rapor bagus-bagus semua, tidak ada nilai di bawah 70.

Kedua

Prestasi siswa sangat tergantung dengan meleknya literasi. Sekolah memiliki jumlah, kualitas dan variasi jenis buku yang sangat terbatas. Buku yang selama ini disediakan hanya mengandalkan anggaran minim dari BOS dan BOP. Padahal biaya tersebut tersedot ke bagian yang lain. Akhirnya program literasi sekolah tidak bisa berjalan optimal.

Ketiga

Jenis seragam diserahkan ke orang tua siswa. Sekolah tidak memungut biaya seragam sama sekali. Akhirnya jenis seragam bervariasi dan terkesan tidak rapi alias "ting celoneh". Apalagi seragam olah raga. Seragam olah raga saat di SMP masih dipakai para siswa, juga ukurannya tidak pas, maka terkesan "ting pecotot".

Keempat

Program kunjungan ke kampus dan studi lapangan ke kampus dan ke tempat bersejarah tidak terlaksana. Padahal tahun-tahun sebelumnya para siswa sekolah kami sering berkunjung ke kampus-kampus, ke musium sangiran, monumen pers, mangkunegaran dsb. Setelah ada program pendikan gratis, kegiatan positif tersebut macet total.

Kelima

Partisipasi dalam kegiatan lomba semakin tidak optimal. Persiapan lomba jelas butuh biaya. Biaya tersebut meliputi biaya konsumsi peserta lomba. guru pembimbing dan biaya perlengkapan, bahan, dan materi pendukung. Bagaimana mungkin lomba bisa berjalan sukses kalau siswanya kelaparan? Demikian juga bagaimana lomba sukses jika biaya perlengkapan sangat minim?

Sebetulnya kami masih bisa menyebutkan lebih dari lima dampak negatif pendikan gratis. Kalau dibahas secara vulgar akan menguras energi.

Sebagai penutup tulisan ini. Saya hanya guru biasa tidak punya jabatan, saya juga punya anak usia SD dan SMA di Solo. Namun mereka tidak menikmati sekolah yang gratisan. Semuanya dengan biaya lumayan. Namun kami sebagai orang tua tetap bangga dan bahagia: pendidikan memang perlu biaya. Tinggi rendah itu relatif. Tapi orang tua seharusnya ikut berpartisipasi dalam mengawasi mengontrol jalannya pendidikan utamanaya tanggung jawabnya bidang pembiayaan pendidikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline