Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sujadi

Enterpreneur

Mengintip Proyek HST INKA Madiun

Diperbarui: 15 Desember 2018   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kereta Bandara Soetta Produk Inka Madiun (FT, Tribun)

PT Industri Kereta Api (INKA) Madiun sedang membangun pabrik kereta api di Banyumwangi, Jawa Timur. Pembangunan pabrik baru di kawasan Tanjung Wangi, Banyuwangi ini  merupakan upaya INKA mengembangkan bisnis pabrik kereta api nasional menuju persaingan global.

INKA tidak hanya mampu membangun gerbong, kereta tanpa mesin saja, namun pabrik yang dikelola anak bangsa ini telah mampu membangun kereta bermesin mulai KRLI, KRDE, KRD, Kereta Bandara, LRT hingga rencana membangun kereta api kecepatan tinggi atau hight speed Train berkecepatan 350 km/jam pada 2030 mendatang.

Sebagai anak bangsa kita harus bangga dan bersyukur kita sudah mampu memproduksi kereta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu kita juga harus lebih bangga karena produk INKA juga diekspor ke manca negara, Bangladesh, Filiphina dan Thailand.

(wadini.com)

Direktur Utama PT INKA (Persero) Budi Noviantoro pada kunjungan 109 peserta dari 60 BUMN  ke pabrik kereta Madiun Rabu, 29 November 2018 menjelaskan, kapasitas produksi pabrik di Madiun sudah overload. Pabrik  di Madiun sudah maksimal, saat ini prabrik  INKA Madiun  hanya mampu 1 kereta/hari,  sedangkan permintaan 3-4 kereta perhari.

Pembangunan pabrik kereta di Banyuwangi selain meningkatkan kapasitas produksi juga untuk efisiensi. Pasalnya produk INKA untuk pasar Sumatera, Sulawesi dan manca negara harus diangkut dengan kapal laut, sehingga kereta harus dikirim dari Madiun ke Pelabuhan Tanjung Wangi melalui jalan darat ke Banyuwangi menggunakan super truck.

Mengangkut kereta pesanan Banladesh (Dok. INAK)

"Pengangkutan dari Madiun ke Pelabuhan Tanjungwangi memerlukan biaya tidak sedikit. Kami perlu efisiensi untuk meningkatkan daya saing produk," terang mantan Direktur Logistik PT KAI ini.  

Pasar INKA, kini tidak hanya PT Kereta Api Indonesia (Persero)-KAI saja. INKA tidak hanya  mampu membangun kereta ekonomi, eksekutif, kereta Bangladesh yang merupakan kereta tanpa mesin.  

Perusahaan BUMN pabrik  kereta terbesar dan satu-satunya di ASEAN ini telah mampu membuat  kereta rel disel (KRD), kereta rel disel elektrik (KRDE), kereta rel listrik Indonesia (KRLI), kereta rel listrik Bandara Soetta. Kereta Bandara Minangkabau dan Light  Rail Transit (LRT) Palembang. LRT Jabodetabek dan lokomotif hidrolik.

Lokomotif produk anak bangsa (Ft. Tempo)

Dalam usianya yang ke-37 tahun INKA telah tumbuh menjadi industri manufaktur pembuat kereta untuk produk nasional dan produk ekspor. INKA yang didirikan pada 1981 tidak serta merta melesat menjadi pembuat kereta nomor wahid di ASEAN, namun melalui tahapan alih teknologi mulai ranka bawah, alat torak tarik kereta, bogie (seperangkat rangka bawah untuk roda, suspensi  dan teknis pengeramannya) dari Nippon Saryo, Jepang dan negara-negara sahabat di dunia.

Secara bertahap dari tahun ke tahun kerjasama yang semula hanya dengan satu negara diperluas dengan manca negara bukan hanya Jepang, namun Amerika dan Jerman menjadi sarana menimba ilmu. Perusahaan satu-satunya kebanggaan negeri ini, sudah mampu membuat lokomotif disel hidrolik.

Meskipun lokomotif itu tidak dipergunakan PT KAI, karya fenomenal anak bangsa ini harus kita hargai. Dalam usianya yang belum genap 40, Indonesia telah mampu membuat kereta api sendiri di dalam negeri untuk digunakan sendiri dan ekspor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline