Lihat ke Halaman Asli

Pada Hening Subuh

Diperbarui: 10 Mei 2021   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

pada hening subuh,
butiran cahaya terjatuh bersama tetesan peluh, dan basah sisa air wudhu yang meleleh, dan perlahan meluruh,
juga di tangan dan kakinya yang lebih sering tergoyah dan rapuh

"Jika masih ada, satu sudut saja, biarkan aku bersimpuh, membasuh jiwaku yang lusuh, berlumur dosa yang penuh," tubuh lelaki tua itu terlihat menggigil melafazkan taubat, setelah bertahun-tahun berkubang jalan sesat, bersama ribuan khilaf yang tak tercatat

inilah kali pertama, sejuk air wudhu menyiram dahaga kerinduannya, seolah Tuhan sedang membelai tubuhnya yang tak lagi berharga.

jemaah yang lain, yang merasa lebih baik ibadahnya segera bergegas meninggalkannya, sendirian di mushalla,
dan, butiran air wudhu yang tetap dibiarkannya, menjelma jutaan malaikat yang setia mendoakannya: tak ada yang sia-sia bagi setiap hamba yang bersungguh-sungguh memohon ampun sepenuh hatinya.

bagi lelaki tua itu, berserah diri adalah ikhtiar terakhir kalinya, biarlah pemilik Kuasa yang akan bicara.

pada hening subuh,
lelaki tua itu terus bersimpuh.

Jogja, 10 Mei 2021
Puisi Sugiyanta Pancasari




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline