Lihat ke Halaman Asli

Sugiarto Sumas

Widyaiswara Ahli Utama

Harum Semerbak Pondok Pesantren

Diperbarui: 12 Desember 2022   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kreasi sendiri menggunakan aplikasi Canva.com

CIAMIS. Di tengah sorotan adanya kasus-kasus yang mencoreng Pondok Pesantren. Kiranya kita tidak boleh melupakan  harum semerbak  Pondok Pesantren  sebagai Lembaga Pendidikan berpengaruh di Indonesia. Masyarakat luas sangat mengakui dan menghargai  bahwa Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah mengakar serta menjadi bagian sosiokultural bangsa  Indonesia.

Pondok Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan agama Islam, tetapi juga sebagai lembaga pelatihan kewirausahaan, sehingga tingkat kemandirian alumni Pondok Pesantren lebih tinggi dari Lembaga Pendidikan Umum. Alhamdulillah, kini Pondok Pesantren sudah menemukan jati dirinya. Sudah banyak prestasi yang dicapai. Sudah dapat bersaing dengan Lembaga Pendidikan Umum.

Kini, alumni Pondok Pesantren banyak yang sukses di segala bidang. Mulai dari Petani hingga Menteri. Mulai  Ustadz hingga Konglemerat. Mulai Kaur hingga Gubernur.  Mulai  guru SD hingga DPR-RI. Mulai skala lokal hingga internasional. Mulai  Kades hingga Dubes, dan lain-lain.

Ini tidak terlepas dari banyaknya pondok pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah santri yang cukup besar. Data dari Kementerian Agama, pada tahun 2022 Indonesia memiliki 26.975 pondok pesantren dengan jumlah santri  sekitar  4 juta orang.

Modal dasar di atas, semakin dikembangkan oleh Para Kiai, untuk memformalkan Pondok Pesantren  berbasis vokasi. Salah satu ikhtiar ini adalah melalui pengembangan Balai Pelatihan Kerja (BLK) Komunitas yang mendapat dukungan Pemerintah. Dimaksudkan agar santri lulusan Pondok Pesantren memiliki pengetahuan, keahlian, dan berakhlakul karimah.

Sehingga mereka dapat menggerakkan usaha ekonomi produktif di lingkungan pondok pesantren maupun di lingkungan sekitarnya pasca selesai mondok, yang dalam jangka panjang akan menciptakan kemandirian ekonomi lokal, yang kemudian akan mewujudkan kesejahteraan bangsa, serta pada akhirnya akan mewujudkan keutuhan bangsa.

Inilah yang disebut dengan mewujudkan keutuhan bangsa dengan pendekatan kesejahteraan (prosperity), bukan pendekatan keamanan (security).

Tidak ada institusi pendidikan umum yang selengkap fungsi Pondok Pesantren. Santri dan Kiai bersatu bekerja sama untuk melatih disiplin, sejak sebelum subuh sudah bangun dan lalu dilanjut salat subuh berjamaah, ini sungguh latihan disiplin yang tidak ringan, maka siapapun yang lulusan pesantren dan istikomah dengan amalan ini, insyallah hidupnya akan sukses. Karena dalam dunia pesantren kita mengenal Maqolah, al istiqomatu khoirun min alfi karomah: konsistensi, disiplin itu lebih baik dari seribu karomah. Ini adalah jargon milik pesantren.

Soal tanggung jawab, Santri pasti akan memiliki tanggungjawab atas hidupnya, karena dia hafal hadits nabi Muhammad SAW, kullukum roo in wakullukum mas ulun an roiyyatih, bahwa setiap kita punya tanggung jawab yang harus kita tunaikan atas amanat yang dibebankan kepada kita. Santri, apalagi Kiai pasti hafal soal ini.

Kalau ada santri yang berhasil jadi pengusaha, maka dia akan memegang teguh hadits Rasulullah SAW dari riwayat Ibnu Majah, yang berbunyi, "berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering".

Sebaliknya kalau santri yang menjadi pekerja, pasti dia akan sungguh-sungguh, bekerja keras sebagai wujud nyata dari tanggung jawab, disiplin dan istikomah. Sikap inilah yang dibutuhkan dalam dunia kerja yang penuh persaingan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline