Lihat ke Halaman Asli

Subagiyo Rachmat

◇ Menulis untuk kebaikan (titik!)

Antara Pemimpin dan Rakyat, Siapa yang Mesti Perbaiki Diri?

Diperbarui: 4 Juni 2020   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Kompas

(Sebuah Catatan Politik Tipis-tipis)

Tulisan sederhana ini hanyalah sebuah ungkapan rasa dan catatan singkat, tipis-tipis dan kulit-kulitnya saja dari seorang warga masyarakat yang awam politik atas berbagai peristiwa pergantian kekuasaan dan transisi demokrasi di Indonesia.

Tahun 1998, 21 Mei-akhirnya Pak Harto undur diri,lengser keprabon! Mengakhiri 3 dekade kekuasaan orde baru yang otoriter. Banyak kebaikan yang telah dibuat pak Harto, namun banyak pula kesalahannya, dalam istilah Gus Dur bahwa Pak Harto itu jasanya kepada bangsa Indonesia sangat besar tapi dosanya juga besar-diutarakannya ketika menjadi tamu pada program acara kick Andy di sebuah stasiun tv swasta 2007 yang lalu.

Sayang sekali amanah kekuasaan orde baru tak istiqomah dijalankan sehingga berakhir tragis. Atau mungkin memang begitulah tipikal pergantian kekuasaan di Indonesia, mesti dilalui dengan kekerasan dan cara-cara revolusiner. 

Banyak tokoh dan pengamat menilai kepemimpinan terbaik pak Harto adalah pada 10 tahun pertama kekuasaannya, setelah menggantikan Soekarno melalui supersemar yang masih dianggap menjadi sejarah kontroversial bangsa ini. Sebuah pergantian kekuasaan yang menyedihkan. 

Akhirnya Soeharto menggantikan Soekarno putra sang fajar, pemimpin besar revolusi, Proklamator Kemerdekaan Bangsa Besar Indonesia bersama Hatta.

Soekarno itu perjuangan-nya sangat genuine, seorang pemimpin yang juga ideolog, penuh percaya diri, penampilannya perlente, flamboyan dan sangat sadar kamera di jamannya, bersama Hatta dan Sjahrir merupakan trio dahsyat founding fathers bangsa, tanpa mengesampingkan banyak sekali tokoh besar pejuang yang lain. 

Sayang kepemimpinan yang sentralistik, pilihan dan ijtihad politik nasakom juga krisis ekonomi yang tak terkendali mengakhiri kekuasannya secara tragis! 

Namun begitu Soekarno tetaplah Pahlawan sejati bangsa, beliau telah berhasil meletakkan dan membangun pondasi karakter bangsa setelah sekian abad dalam kungkungan kolonialisme. Soekarno adalah tokoh terbesar bangsa Indonesia, kepemimpinan dan perjuangannya sepanjang hayat selalu menjadi inspirasi anak-anak negeri dan bangsa-bangsa di dunia dengan semangat berdikari dan anti kolonialisme. 

Dunia tak pernah melupakan betapa Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung adalah simbol dan tonggak perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk membuat keseimbangan atas hegemoni Eropa dan Amerika. 

Pada akhirnya kita harus mikul duwur mendem jero, kita ingat segala kebaikannya, jasa-jasanya dan perjuangan sepanjang hayatnya bagi bangsa dan negara, semoga Allah menempatkan beliau pada tempat terbaik di sisi-NYA. Aamiin...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline