Soeharto The Smiling General! Beliau dengan orba-nya menciptakan seolah rezim anti soekarno, berhasil membawa Indonesia keluar dari inflationary country (jaman orla dimana inflasi lebih dari 600%, bisa dibayangkan?!), juga meletakkan dasar-dasar pembangunan, infrastruktur ekonomi nasional dan kependudukan. Keberhasilan pembangunan di berbagai sektor dan ekonomi orba bisa dirasakan dan terukur, hal ini juga diakui dunia.Â
Orba mempropagandakan demokrasi pancasila khas orde baru, anti pki dengan kepemimpinan sentralistik, sayang pada 15-20 thn terakhir masa kekuasaannya, korupsi yang kemudian dikenal dengan istilah KKN (Korupsi, kolusi dan nepotisme) menjadi tidak terkontrol!Â
Sehingga terjadi krisis ekonomi dan moneter akhirnya menimbulkan krisis politik dan sosial parah, itulah yang meruntuhkan kekuasaannya selama 32 tahun pada Mei 1998. Pada akhirnya kita juga mesti mikul duwur mendem jero-kita ingat kebaikannya dan perjuangan sepanjang hayatnya bagi bangsa dan negara! Smg Allah menempatkan beliau pada tempat terbaik di sisi-NYA.Aamiin...
Lahirlah Orde Reformasi. Transisi demokrasi yang dinakhkodai Pak Habibie pasca jatuhnya Pak Harto dinilai berhasil. Pers menjadi bebas, semua tahanan politik dibebaskan, Bank Indonesia menjadi Independent dan Jaksa Agung tak lagi menjadi bagian dari kabinet, rakyat bebas mendirikan partai-partai politik dengan mengacu pada regulasi dan undang-undang yang berlaku, gejolak rupiah juga mereda.Â
Tak terbayang jika habibie gagal menakhkodai periode transisi dari negara otoriter ke demokrasi, bisa-bisa negara ini jatuh ke jurang krisis yang lebih parah dan tak terkendali. Kalaupun ada catatan adalah lepasnya Timor Timor dari NKRI yang oleh sementara kalangan dianggap kontroversial, tapi kini negara baru Timor Leste bisa berdampingan dengan damai sebagai negara sahabat.Â
Status wilayah Timor-timur yang bukan eks jajahan Belanda dan issue pencaplokan RI di era Orba juga menjadi pertimbangan tersendiri disamping tuntutan rakyat timor timur sendiri yang dibuktikan melalui referendum.
Hampir 1.5 tahun kepemimpinannya Habibie telah mengawali periode transisi demokrasi dengan baik yang menjadi pijakan untuk presiden-presiden RI selanjutnya dalam menjalankan roda pemerintahan di era demokrasi.Â
Sayang, Habibie harus mengakhiri jabatan singkatnya yang mengesankan sebagai presiden dengan penolakan pertanggungjawabannya pada Sidang Istimewa MPR, tragis! Kita tidak pernah tahu "dapur" permainan politik seperti apa yang sebenarnya terjadi di DPR dan MPR waktu itu.
Pemilu legislatif 1999 yang dipercepat dari yang semestinya 2002 berlangsung lancar dan semarak, terlihat euforia rakyat setelah lepas dari orba, 48 partai mengikuti kontestasi pemilu, konon partai yang mendaftar sampai 600-an sebelum proses verifikasi oleh KPU.Â
Sebuah proses transisi demokrasi krusial. Hasilnya kita ketahui bersama PDIP menjadi partai pemenang pemilu, diikuti Partai Golkar, PKB, PPP dan PAN dalam 5 besar partai pemenang pemilu.Â
Kemudian barulah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilangsungkan melalui Sidang Umum MPR, dan singkat cerita terpilihlah Gusdur menjadi Presiden dan Mbak Mega menjadi Wakil Presiden periode 1999-2004.Â