Lihat ke Halaman Asli

Membaca "Jejak" Pertemuan Kebudayaan Nusantara dan China

Diperbarui: 23 Oktober 2018   20:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

fridakusumo.blogspot.com

Kajian tentang pertemuan kebudayaan Nusantara dan China (Tiongkok) telah dilakukan para peneliti. Antara lain ditulis oleh Richadiana Kadarisman Kartakusuma (2016). Menurut Kartakusuma, sudah sejak lama telah terjadi proses akulturasi (penyatuan; pertemuan kebudayaan) dan hibridisasi (percampuran) antara kebudayaan Nusantara dan China.

Proses akulturasi dan hibridisasi dua kebudayaan ini terjadi terutama dipicu oleh adanya migrasi orang-orang China yang berulang-ulang ke wilayah Nusantara. Kedatangan bangsa China di kepulauan Nusantara telah berlangsung sejak abad ke-2 Masehi. 

Selain dalam dunia perdagangan dan konsep hunian, sentuhan kebudayaan China juga menggoreskan jejak dalam bidang pertanian. Pada sisi yang lain, kondisi ini menguatkan pengaruh China di dalam kehidupan masyarakat Nusantara (Kartakusuma, 2016).

Temuan riset lain menjelaskan, gelombang kehadiran bangsa China khususnya mereka yang berasal dari pegunungan Yunan di wilayah Nusantara bahkan sudah berlangsung sejak 1500 dan 2500 tahun sebelum Masehi (Hall, 1960 dan Winstedt, 1947). 

Menurut Haziyah Hussin, pada awal Masehi peradaban China di Campa (Kamboja) dan Funan (selatan Vietnam) sudah saling memberi warna-pengaruh sistem perpolitikan di Nusantara (Hussin, 2004).

Bukti adanya hubungan saling-pengaruh antara kebudayaan Nusantara dan China juga terabadikan dalam seni arsitektur yang hingga kini masih bisa ditemukan di beberapa tempat di Indonesia. Salah satunya adalah gaya arsitektur Klenteng Jin De Yuan, di kawasan pecinan Jakarta.

Foto Penulis

Kelenteng Jin de Yuan merupakan salah satu kelenteng tertua di Jakarta, yang dari tahun 1650 hingga saat ini masih berdiri dengan kokoh. Dari bentuk bangunan klenteng, kita bisa melihat arsitektur bergaya China, dengan ciri khas di bagian atapnya terdapat sejenis pelana dan ekor wallet, sementara di bagian ujung melengkung ke atas. 

Demikian pula dengan pemilihan warna yang melibatkan unsur fengsui sesuai dengan tradisi pengetahuan bangsa China. Ada satu lagi, pembagian area di dalam klenteng mengikuti ciri khas arsitektur China (Salim, 2012).

Khusus dalam kaitannya dengan analisis asal-usul masuknya Islam di Nusantara, juga terdapat laporan penelitian yang menegaskan bahwa Islam yang saat ini tumbuh dan berkembang Nusantara berasal dari China (Al Qurtuby, 2003)---selain juga terdapat teori yang mengatakan bahwa Islam di Nusantara berasal dari India, dan ada lagi yang menyimpulkan berasal dari Timur Tengah (Azra, 2004).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline