Lihat ke Halaman Asli

Behaviorisme dan Penerapannya

Diperbarui: 17 September 2021   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Behaviorisme mulai berkembang pada abad ke-19 yang diawali oleh Ivan Pavlov. Pavlov menemukan konsep  yang menjadi dasar bagi behaviorisme. Classical Conditioning merupakan pengondisian klasik yang menggambarkan proses pembelajaran melalui asosiasi stimulus dari lingkungan dan bersifat alamiah. Perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan respon dari stimulus yang diberikan.

Pavlov melakukan penelitian laboratorium pada anjing. Pavlov menemukan bahwa sang anjing akan mengeluarkan air liur sebagai respon terhadap makanan pada saat asisten Pavlov memasuki ruangan. Ini disebut refleks alamiah. Namun, ketika setiap kali makanan datang bersamaan dengan bunyi lonceng, maka anjing mengasosiakan bunyi lonceng dengan makanan. Ketika anjing mendengar bunyi lonceng, maka anjing terkondisikan mengeluarkan air liur.

Teori Classical Conditioning ini masih sering kita jumpai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Sebagai contoh, seorang perokok ketika duduk di sebuah meja dan melihat sebuah asbak kosong di hadapannya, maka refleks alamiah yang muncul adalah menyalakan rokoknya. Ini dilakukan tanpa sadar oleh perokok tersebut.

Contoh lain yang sering terjadi adalah ketika kita melihat seseorang sedang memakan lemon, maka secara alamiah mulut kita akan merasa asam juga. Ini merupakan respon alamiah dari dalam diri kita yang tidak dikendalikan oleh otak.

Seorang ahli psikologi perilaku, B. F. Skinner melanjutkan konsep behaviorisme ini dengan Teori Operant Conditioning. Skinner berpendapat bahwa hubungan antara stimulus dengan respon dari individu terjadi melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Skinner, penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment) merupakan unsur terpenting dalam pembelajaran. Penguatan merupakan segala hal yang terjadi yang dapat menguatkan suatu perilaku, sedangkan hukuman sebaliknya. Hukuman dapat mengurangi terjadinya suatu perilaku.

Penguatan bisa dilakukan dengan penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif merupakan hal yang menguatkan suatu perilaku yang positif. Contohnya, jika saya bekerja dengan baik dan berprestasi, maka atasan akan memberika pujian dan sekolah memberikan bonus gaji. 

Begitu juga ketika seorang anak yang belajar merapihkan mainan dan berhasil merapihkan mainannya sendiri, maka sang ibu akan tersenyum, bertepuk tangan dan memberikan pujian dengan kata-kata membangun.

Selain penguatan positif, terdapat juga penguatan negatif yang dilakukan untuk menghentikan perilaku negatif yang dihadapi. Contohnya, saya membereskan meja setelah makan malam agar ibu saya berhenti mengomeli saya. Membereskan meja adalah perilaku, sedangkan omelan dari ibu saya adalah stimulus. 

Begitu juga ketika saya memberikan es krim kepada anak saya yang menangis dan menjerit di tengah keramaian supaya anak saya berhenti untuk menangis dan menjerit.

Selain penguatan, pembentukan perilaku bisa dilakukan dengan hukuman (punishment). Contohnya, saya menyimpan seluruh gadget anak saya sebagai hukuman karena dia tidak membersihkan kamarnya yang kotor dan berantakan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline