Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Persiapan Menjelang Hari Kemenangan

Diperbarui: 14 Juni 2018   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://makassar.tribunnews.com

Seharian ini kami sibuk sekali, sampai tak sempat online seharian. Maklum besok pagi hari Raya Idul Fitri dan kami harus mempersiapkan segala sesuatunya sendiri.

Mulai dari pagi-pagi sehabis subuh ke pasar tradisional dekat rumah, suasana pasar ramai sekali pagi tadi. Ramai penjual dan pembeli. Terutama kios penjual ayam kampung, maupun ayam negeri biasa, kios penjual daging dan penjual bumbu-bumbu ramai sekali. Yang tak kalah heboh adalah kios penjual kelapa parut, bahkan harus mengantri pembelinya. Harga sebutir kelapa yang sudah diparut Rp 10.000,- hanya selisih sedikit dari harga hari biasa. Maklum di hari lebaran seperti ini banyak masakan yang bersantan.

Pulang dari pasar berlanjut di dapur, mempersiapkan dulu apa saja yang akan dimasak. Biasanya kalau lebaran seperti ini, kami membeli ayam hidup dipotongkan sendiri dan disiangi sendiri, namun terlalu repot. Jadi kami membeli di tempat ternak ayam sudah langsung dipotongkan dan dibersihkan disana.

Opor ayam adalah menu wajib disetiap lebaran seperti ini, jadilah kami masak opor, sambel goreng kentang, Serundeng daging, Pindang daging Kerbau.

Ternyata lama juga masaknya, sampai menjelang maghrib baru selesai. Tetapi kalau tiba waktu solat , aktifitas harus behenti, jangan tinggalkan ibadah.

Sementara suami sibuk bersih-bersih rumah dan halaman, kami juga mempersiapkan pakaian yang akan kami pergunakan untuk sholat Idul itri besok.

Rencananya kami sholat di masjid terdekat, yaitu masjid Al-Hamidyah . Tempat yang sama untuk melaksanakan sholat tarawih selama bulan Ramadan.

Aneka kue dan jajan sudah tertata di ruang tamu, siap menyambut tamu-tamu yang datang bersilaturahmi besok pagi.

Sepulang dari sholat Idul Fitri, biasanya kami bermaaf-maafan dulu dengan suami dan keluarga inti, karena sudah taka da lagi ayah, ibu dan mertua. Untuk itu kami melanjutkan untuk berziarah kubur.Ke makan bapak-ibu saya dan mertua. Biasanya setelah sholat Idul Fitri keramaian berpindah ke pemakaman, berbondong-bondong ke makam orangtua, mau sanak family yang sudah tiada. Untuk cerita lebih lanjut beserta foto-foto, sebaiknya besok saja setelah saya menjalani ritual ziarah kubur ya.

Di malam takbiran seperti ini, suara takbir dan petasan bercampur menambah semaraknya jelang lebaran. Saya suka  suasana sekelompok anak-anak yang membawa obor, keliling kampung dengan mengumandangkan takbir. Walau sederhana namun rasanya berkesan sekali suasana seperti itu.

Dalam kelompok yang kebanyakan terdiri dari anak-anak SD dan TK tampak rapi berbaris menggunakan toa  mengumandangkan takbir, keluar masuk gang, tidak jauh-jauh ke luar kampung. Kalau mereka sudah capek , akan bubar sendiri tidak terlalu malam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline