Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

Buah dan Sayur Lokal yang Menyehatkan

Diperbarui: 10 April 2019   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi:http://dkpp.jabarprov.go.id/admin KRP

Seorang ibu dengan keluhan lingkar perut dan berat badan bertambah terus menjadi khawatir ada sesuatu di dalam tubuhnya. Setelah periksa ke dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Pusat di Yogyakarta, dokter tidak menemukan penyakit yang membahayakan kecuali tensi diatas normal. Kesimpulan dokter, lingkar perut dan berat badan ada hubungannya dengan pola makan dan gaya hidup (life style), sehingga lemak menumpuk dalam rongga perut dan sekitarnya. Saran dokter harus ketat untuk merubah pola makan, mengurangi karbohidrat, makan malam tidak lebih pada pukul 19.00, banyak makan sayur dan buah, dan olah raga rutin. Jadi periksa ini tidak perlu ada resep obat dan tindakan, cukup menjalankan saran dokter.

Masih menurut dokter, berjalan di dalam rumah antara ruang depan, dapur, kamar, karena aktivitas sehari-hari itu tidak dapat dikatakan olah raga karena gerakan yang tidak teratur dan dalam waktu tertentu. Dikatakan olah raga rutin, misalnya jalan kaki selama 30 menit setiap pagi hari. Bukan pula berjalan dalam waktu lama, menempuh jarak jauh, setelah itu tidak melakukan kegiatan lagi. 

Kalaupun di rumah ada alat untuk olah raga sepeda/jalan statis, lebih segar udara di luar rumah saat masih pagi hari belum ada polusi kendaraan bermotor. Selain itu ketemu dengan orang yang sama-sama jalan pagi, dapat menjalin silaturahmi. Walaupun tetap harus hati-hati ketika jalan pagi/gowes pagi hari karena pemotor/kendaraan roda empat justru banyak yang kecepatannya tinggi, karena merasa masih sepi.  

Kembali ke persoalan utama saran dari bu dokter penyakit dalam, makan buah dan sayur itu menyehatkan. Bersyukur, untuk mendapatkan buah dan sayur segar itupun berlimpah dan mudah ditemukan. Di pasar tradisional, swalayan, pinggir jalan, bahkan yang lokasinya jauh dari perkotaan pun buah-buahan mudah sekali ditemukan. 

Harga sangat bersaing, strategi para penjual membuat harga jeruk per kilo Rp 10.000,- misalnya. Kesannya sangat murah bukan ?. Namun ketika kita berhenti untuk membeli yang di pinggir jalan, ternyata harga itu mulai dari Rp 10.000,- per kilo. Tentu saja tetap berlaku ada harga ada rupa, artinya kualitas dan rasa buah sangat menentukan harga. Semakin kualitasnya bagus (rasa, warna, kondisi fisik), harganya semakin mahal. Penjual sudah memilah-milah sesuai dengan klasifikasi kualitas dan rasa.

Buah lokal mempunyai kandungan gizi, rasa, dan manfaat yang sama seperti buah dari luar negeri. Namun di negeri sendiri kalah bersaing dengan buah import yang dianggap sebagai buah yang berkelas dan berkualitas. Padahal buah lokal ketika di luar negeri mempunyai nilai jual yang tinggi karena cita rasa yang unik, spesifik, khas, khusus, dan tidak mudah ditemukan. Berbagai buah lokal  favorit adalah apokat, mangga manalagi, arum manis, pepaya jingga, pisang raja, koja, mentimun, duku Palembang (yang asli), durian Medan, semangka, melon hijau, carica (Dieng) dapat dibikin manisan segar. "Nikmat mana lagi yang kau dustakan", hal ini baru tersakan ketika berada dinegeri orang, sulit menemukan buah produk Indonesia. Kalaupun ada harganya mahal karena perlu biaya pengiriman dan resiko busuk di jalan.

Demikian juga untuk sayur lokal, yang segar dipetik dari pegunungan sangat eksotis ketika sedang memanen. Para petani sayur mayur yang tekun menanam di dataran tinggi, tetapi sering tidak dapat menikmati harga jual yang tinggi karena permaianan tengkulak. Sayur mayur yang beraneka macam didominasi warna hijau semakin nikmat ketika disantap denga bumbu pecel, gado-gado, dan urap (salad Jawa) dengan direbus dan dicampur kelapa muda diparut dan dibumbu rempah-rempah (kencur, gula merah, garam, cabai rawit, bawang putih, daun jeruk purut), semuanya ukurannya disesuaikan sehingga mendapat cita rasa yang pas di lidah.  

Aneka sayur mayur lokal itu diantaranya brokoli, kenikir, kacang panjang, bayam, kangkung, kobis, wortel, sawi hijau/putih, beluntas, lompong, daun lumbu (untuk buntil), daun singkong, lembayung, ginseng, daun katu, daun kelor. Daun katu dan daun kelor di sayur bening atau sayur bobor dengan daun kemangi. Sambel jenggot, tempe garit sangat cocok untuk menemani sayur bobor yang disantap ketika masih hangat. Daun kelor saat ini sedang "trend", seperti dilansir dari (https://doktersehat.com), karena mengandung antioksidan, menyehatkan mata, menurunkan kadar gula, kolesterol, mengobati kanker (menurut publikasi jurnal Oncology Letters), bergizi untuk ibu menyusui, anti aging, menjaga fungsi otak, menyehatkan pencernakan dan obat cacingan.

Kalau sayuran dan buah-buahan lokal saja melimpah dengan harga murah, kenapa sebagai warga Indonesia kurang menikmati kekayaan alam ini ?. Kenapa lebih bangga dengan buah dan sayuran impor ?. Padahal buah dan sayur lokal itu di negeri orang jarang ditemukan, dan harganya mahal, serta orang asing justru mengagumi dan menyenangi produk buah dan sayuran lokal karena manfaat dan cita rasanya. Membeli buah dan sayuran lokal berarti meningkatkan dan mensejahteraan kehidupan para petani buah dan sayuran lokal. Kalau bukan kita yang menghargai produk sayur dan buah lokal siapa lagi, kalau tidak mulai hari ini kapan lagi ?.  

Yogyakarta, 10 April 2019 Pukul 23.02




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline