Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Petani, Penulis

Orangtua Kehilangan "The Power of No" pada Anak, Berikut Strategi yang Bisa Diterapkan

Diperbarui: 16 September 2021   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang tua yang melarang anaknya | Sumber: Wholeparent via grid.id

The power of no, akhir-akhir ini sebagian orangtua banyak kehilangan kekuatan kata "tidak" atas permintaan anaknya. Entah karena pekerjaan yang menumpuk atau rasa lelah.

Ketika anaknya meminta sesuatu, jawabannya selalu iya, mungkin juga termasuk saya. Saya terkadang berpikir "permintaan sepele, kenapa tidak?"

Di sisi lain selalu mengabulkan permintaan anak akan berdampak tidak baik. Anak-anak seperti ada dalam lingkaran zona nyaman, serba mudah. Pada saat dewasa dia tidak bisa menyelesaikan masalahnya.

Orangtua serba salah jika selalu mengabulkan permintaan anak akan berdampak negatif. Jika sering mengatakan "tidak", senjata ini tidak akan memiliki pengaruh bagi anak-anak.

Baca juga Jangan Ngomel jika Anak Menutup Telinga saat Dikoreksi

Ilustrasi orangtua mengatakan tidak pada anaknya | Sumber: istockphoto

Apakah Orangtua perlu mengatakan "tidak" kepada anaknya?

Ketika anak bungsu saya berusia 5 tahun, dia hampir setiap hari minta dibelikan mainan karena sekolahnya bersebelahan dengan toko mainan. 

Setiap jam pulang sekolah, toko itu pun ramai dikunjungi anak-anak. Anak-anak dibombardir dengan kata "beli", baik secara langsung maupun halus. 

Selain rentetan nama merek yang mudah diingat, anak-anak juga disodorkan jenis mainan yang menarik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline