Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Petani, Penulis

Bungah Dapat Hadiah dan Sertifikat dari Kompasiana

Diperbarui: 10 Juni 2021   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sertifikat dokumen pribadi

Hallo sahabat semua,

Masih ingat event yang dilaksanakan kompasiana pada tanggal 8 April hingga 14 April 2021? Waah itu sudah berlalu mungkin sahabat semua sudah lupa. Aku juga lupa, tetapi tiba-tiba ada email masuk dari kompasiana yang bikin aku bungah.

Isinya kurang lebih seperti ini,

Dear Kompasianer,
Sekali lagi Kami ucapkan selamat kepada Anda, sebagai pemenang Blog Competition " Sebulan bersama Kartini"
Berikut ini Kami berikan sertifikat digital atas partisipasinya dalam mengikuti kompetisi ini.
Terima kasih

Sebelumnya telah datang hadiah berupa kaus, tas, pena dan kalender. Sebetulnya isin mau pamer. Namun, namanya kebahagian, bolehlah berbagi sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada kompasiana yang telah mengizinkan anak bawang ikut competition. Event ini khusus untuk kompasianer perempuan karena temanya juga menyambut Hari Jadi Kartini. 

Atas support Mbak Siska di grup whatsApp aku beranikan diri berbagi pengalaman.

"Ayo, Mbak tuliskan dapat challenge di K!"

Ide bagus, tetapi aku harus  merenung dulu untuk memutuskan iya atau tidak. Hehe.

Baik deh, aku ceritakan kenapa memilih tema profesi perempuan desa? Ya karena aku tinggal di desa. Setiap hari menyaksikan para ibu pagi-pagi buta ke sawah untuk tandur.

Aku dulu berpikir tandur itu mudah, tinggal tancap, jalan. Ternyata salah. Sawah yang telah dibajak itu ternyata dalam. Benih padi ditancapkan juga dalam, kurang lebih 50 cm. Melangkah pun terasa berat.

Itu sebabnya perempuan muda lebih memilih bekerja di kota atau nikah muda. Ketika nikah muda, Ibu si gadis berganti ngeMC alias Momong Cucu. Sebagai petani sempat kesulitan mencari orang tandur. Dan harus mencari ke desa lain yang jauh dari kota.

Sebelum anak gadisnya dewasa, ibu-ibu rebutan ingin tandur karena sumber penghasilan perempuan di desa dari sawah. Selain itu faktor kemiskinan, pendidikan juga mempengaruhi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline