Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Petani, Penulis

Tidak Senang dengan Perjodohan? Sah Saja Menolak

Diperbarui: 22 Mei 2021   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber genpi.com/foto shuntterstock

Perjodohan biasanya dilakukan oleh orang tua, tetapi, ada juga perjodohan dilakukan oleh teman, saudara, sahabat. Bahkan dunia maya juga ikut berjasa bagi jomblo.

Perjodohan bagi orang-orang yang berpikir akan sukses dan bahagia. Saya katakan bagi yang berpikir. Sebab terkadang orang menerima perjodohan tanpa berpikir. Asal iya akhirnya setelah menikah berantakan.
Saya akan ambil dua kisah dari perjodohan tanpa berpikir. 

Kisah pertama pernah dialami Kakak perempuan. Dia senang menerima perjodohan yang dibuat Bapak dan sahabat lamanya.
Sahabat lama di sebuah desa, waktu sama berjuang memakmurkan desa dan masjid. Anak laki-laki sahabat Bapak tersebut adalah teman saya waktu kecil. Jadi kami sekeluarga sudah tidak asing lagi.

Namun, sejak Bapak pindah ke kota, kami tidak pernah bertemu lagi. Sesekali saja sahabat Bapak itu mengunjungi kami, sekadar memberi hasil panen. Ketika ada pembicaraan akan menjodohkan Kakak dengan anak laki-lakinya. Saya senang saja karena sudah tahu karakter keluarganya yang agamis.

Waktu itu saya berusia 22 tahun dan Kakak 25 tahun. Usia Kakak sudah diambang batas. Hampir bergelar jomblo tua.
Perjodohan lancar hingga pernikahan dan Kakak diboyong ke desanya.

Kami merasa semua baik-baik saja, tetapi ternyata rumah tangga mereka tidak baik. Setelah 3 bulan pernikahan, Bapak mendapat kabar dari temannya bahwa surat gugat cerai dari menantunya  sudah masuk ke pengadilan.

Bapak berang merasa dipermainkan oleh sahabat dan anaknya. Saya yakin sahabatnya juga tidak tahu dengan tingkah anak laki-laki itu.
"Saya menerima perjodohan hanya untuk menuruti perintah orang tua. Setelah dituruti, hak saya untuk menceraikan," kata sang menantu ketika ditanya dalam musyawarah keluarga.

Kisah kedua dialami salah satu family akhir-akhir ini. Mas Suryo itu panggilannya, dia menikah dengan perempuan yang dikenalkan oleh tetangganya. Perjodohan berjalan lancar hingga keduanya menikah. Baru beberapa bulan kemudian, gugatan cerai dilayangkan oleh istrinya Mas Suryo. 

Bukan untuk mencampuri urusan orang lain. Saya mendapat keluhan dari Mas Suryo sendiri tentang istrinya. dan diminta membujuk sang istri. Bertindak sebagai orang tua, saya janjian bertemu istrinya di sebuah kafe.

"Mbak, aku terima perjodohan itu untuk menyenangkan ibu, sebenarnya tidak mencintai Mas Suryo. Aku kira setelah pernikahan bisa mencintainya, ternyata tidak," tutur perempuan itu.

"Kamu tidak bisa mencintai Mas Suryo karena fokus sama pacarmu yang dulu, benarkah?"
Dia diam menunduk. Lama saya menunggu jawabannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline