Lihat ke Halaman Asli

SRI HARTONO

Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Dendam yang Terbalaskan

Diperbarui: 7 Desember 2021   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bubur Tumpang Koyor Dinikmati dengan Pincuk dan Suru/Dokpri

Setiap bangsa mempunyai cara dan budaya berbeda, tak terkecuali cara menikmati makanan yang tersaji. 

Saya mempunya pengalaman 'berseteru,' dan bercanda dengan seorang WNA untuk menikmati santapan lezat. 

Kejadiannya sewaktu saya masih  mahasiswa dan mengikuti International Table Manner Course, nama keren dari tata cara  makan ala internasional. Kegiatan itu dilaksanakan di Hotel Ambarukmo Jogjakarta. 

Banyak alat makan yang tersedia. Ada mangkok, ada piring pun beberapa sendok, garpu dan pisau. Semua harus dipakai sesuai dengan fungsi dan urutannya. 

Cara duduk dan cara makannya juga diatur. Duduk harus tegak, siku tak boleh diatas meja. Makan harus pelan tanpa bunyi. Mengunyah sembari bicara dianggap tidak sopan. 

Setelah makanan pembuka disantap, tibalah saat menu utama disajikan. 

Hidangan yang diberika tampak lezat karena dimasak oleh chef hotel bintang lima. Ada daging dan bau keju yang menyeruak dari kepulan asapnya. 

Namun kami kami harus menyantapnya memakai garpu dan pisau! 

Garpu dengan posisi terbalik di tangan kiri dan pisau untuk mengiris daging ditangan kanan. 

Saya tidak kesulitan mengiris daging dan menusuknya dengan garpu untuk dimasukkan ke mulut. Tetapi saat mengambil nasi yang ada kejunya menjadi tantangan berat. Nasi itu terlihat basah sedikit berkuah atau istilahnya nyemek. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline