Lihat ke Halaman Asli

Sovia Margaretta Asi Simbolon

Senang membaca dan berbagi ilmu

Mewariskan Disiplin Waktu kepada Anak Perempuan

Diperbarui: 5 April 2021   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan pada dasarnya suka berbicara, apalagi bergosip itu sudah alami. Bergosip sering membuat perempuan lupa waktu. Sekali pertemuan topiknya bisa beragam. Mulai dari style, scincare, kecantikan, masakan, keuangan, anak-anak, suami, tanpa sadar suami orang pun ikut dibicarakan. Kadang ceritanya berulang-ulang ibarat kaset yang selalu diputar dari side A ke side B.

Shopping faktor kedua setelah bergosip membuat perempuan lupa waktu. Apalagi belanja, shopping, tambah lagi bergosip asyiknya semakin dahsyat. Satu jam rasanya satu detik bagi perempuan. Saya punya pengalaman menarik di Sabtu yang ceria: Rencana belanja pukul 06.00  bergeser ke pukul 11 bersama adikku, yaitu Rotupa. Kami bergosip dengan cerita yang lama, topiknya beragam, dan berulang-ulang. Jarum jam  mengarah pukul 11.

Jadi, huru- hara berangkat belanja, sebelumnya berjanji akan kembali sebelum makan siang. Berkeliling lima kali mencari satu jenis ikan dencis di Pasar Glugur, berputar tiga kali mencari ikan gembung, tidak terhitung berapa putaran mencari cabai, dan sayuran lainnya. Yang jelas adegan ini jangan ditiru.  Sayuran belum lagi lengkap, pakaian menggoda mata dan memanggil jiwa untuk belanja. Satu pakaian dicoba lima kali untung tidak koyak. Coba bayangkan kami membeli lima helai pakaian sembari bergosip belum lagi menawar harga demi lima ribu rupiah bernegoisasi berjalan alot hampir satu jam.

Perut yang keroncongan mengingatkan untuk pulang. Padahal ikan yang dimasak waktu pagi hari hanya cukup makan sekali. Pikiran mulai berabeh dan panik. Mata kami beradu sambil melihat jam tangan, kami senyum-senyum. "Gawat, abangmu pasti kelaparan." Kata saya. "Ya, Kak." Balas Rotupa terbahak-bahak. Ide langsung ditemukan, makanan cepat saji menjadi pilihan. Kami berburu mie goreng. Dua tempat tutup, tempat ketiga naas terjadi, kompor gas penjual mie rusak, alhasil menunggu lama. Serasa waktu membunuh kami. Pukul 14.30 setibanya di rumah melihat suami sudah kelaparan. Sedangkan lapar, salah satu penyebab konflik.

Belajar dari pengalaman, perempuan sering lupa waktu. Perempuan masa sekarang tidak lagi memperjuangkan haknya supaya sederajat dengan pria, keseteraan gender telah diakui secara hukum dan berdasarkan Undang-Undang. Tetapi, masalah disiplin waktu bagi perempuan belum diatur oleh Undang-Undang, dan menurut saya  tak perlu diatur oleh Undang-Undang. Meskipun demikian, masalah disiplin waktu sering menjadi masalah besar bagi perempuan.  Perempuan selalu bergelut dengan waktu dan sering kalah apalagi bagi seorang ibu.  Padahal, ibu adalah teladan bagi anaknya, khususnya anak perempuan.

Kita pasti khawatir jika anak perempuan kita tak mampu mengatur waktu seperti pengalaman kita. Karena itu, sebagai ibu kita harus lebih dulu memberikan pendidikan di rumah kepada anak perempuna kita melalui teladan. Ibu menjadi model pertama yang dicontoh oleh anak perempuan. Kita tahu bahwa mendidik anak perempuan itu sangat sulit. Hatinya juga sangat sensisitif. Apalagi anak perempuan di jaman sekarang ini, kadang mereka sering menghabiskan waktunya di HP, jemarinya tak pernah diam ngechat, bahkan tahan seharian di dunia maya bersama temannya. Belum lagi eksis di Tik Tok, Twitter, FB, Instagram, Karaoke Online. Media sosial sudah menjadi rumah kedua bagi anak perempuan. Itulah caranya untuk membunuh waktu. Di sinilah kita sebagai ibu harus ikut andil dan bijak dalam dunia mereka. Beberapa  tips untuk mengajarkan anak perempuan agar tidak lupa waktu:

1. Seorang ibu yang baik mampu bergaul dengan anak perempuannya seperti sahabat. Tidak salah seorang ibu untuk mempelajari bahasa gaul yang  sering diucapkan anak perempuan. Jika diizinkan, seorang ibu dapat melibatkan diri dalam diskusi bersama teman-temannya. Seorang ibu membimbing anak perempuannya saat bercerita bersama temannya.

2. Bercerita itu perlu dibatasi bila penting pasang alarm. Bercerita bersama teman harus membangun karakter dan menginspirasi dan bukan menjelek-jelekkan atau menceritakan kelemahan orang lain. Perempuan harus menjaga mulutnya karena sangat berbahaya. Menurut saya, perempuan harus membuat saringan di mulut dan di telinga saat bercerita. Hal ini penting diajarkan seorang ibu kepada anak perempuannya. 

3. Seorang ibu memberi contoh kepada anak perempuannya lewat teladan: mengisi waktu dengan lebih banyak membaca dan bukan bergosip.  Dengan membaca dapat meningkatkan literasi dalam diri. Membaca dapat dilakukan pagi hari setelah doa pagi atau malam hari sebelum tidur.

fb-img-1536317455508-606b22cb8ede4858f63e9a32.jpg

4. Seorang ibu juga mengajari anak perempuannya membuat agenda harian yang bersifat fleksibel. Misalnya: waktu bangun pagi, waktu berdoa, waktu belajar,  waktu menonton, dan waktu bermain. 

5. Seorang ibu juga dapat memberi penghargaan kepada anak perempuan yang memiliki disiplin waktu. Penghargaan dapat berupa pujian, hadiah secara materi, dan lain-lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline