Lihat ke Halaman Asli

SOVI MARIYANA

Guru SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengolahan Sumber Daya

Diperbarui: 13 November 2022   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Jurnal Refleksi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 

Model 3 : Six Thinking Hats (Tekhnik 6 Topi : Process, Facts, Feeling, Creativity, Benefits, Cautions)

Dalam materi ini, saya, calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Sumenep Jawa Timur, belajar banyak hal, tentang pengetahuan seputar aset sekolah yang bisa dijadikan modal dalam mencapai visi sekolah, tentang pengalaman yang menambah pemahaman saya apa saja objek yang termasuk dalam aset sekolah. Pengetahuan yang kami dapat lewat modul ini adalah  tentang sekolah dimana kami menjalani profesi kami sebagai guru. 

Pertama yaitu tentang sekolah sebagai sebuah ekosistem terdiri bukan hanya berupa fisik bangunan sekolah dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran, tapi juga sebagai sebuah ekosistem, ternyata sekolah terdiri dari faktor biotik (unsur hidup atau manusia) dan faktor abiotik (unsur tak hidup yaitu keuangan, sarana dan prasarana serta lingkungan alam). Kedua faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain dan memiliki hubungan yang erat dalam mendorong terwujudnya visi sekolah secara maksimal, jika dikelola secara bijak cerdas, terutama dalam menunjang pembelajaran yang berpihak pada murid.

Kedua yaitu tentang pendekatan dalam menghadapi setiap persoalan dalam sekolah. Ada dua pendekatan yang kami pelajari yaitu pendekatan berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan dan pendekatan berbasis aset/kekuatan. 

Pada pendekatan berbasis kekurangan, teori yang dapat kami simpulkan yaitu, ketika dihadapkan pada sebuah persoalan, seseorang akan melihat sebuah persoalan dengan paradigma berpikir yang pesimis, yang dilihat dalam masalah itu adalah kekurangan, kelemahan yang bisa berdampak kurang berhasilnya sebuah program. 

Akibat paradigma berpikir seperti ini, maka orang tersebut tidak akan melihat sebuah kekuatan positif, bahkan hal positif yang sebenarnya bisa jadi peluang malah tidak tampak karena dia hanya akan berpikir sebuah kesulitan yang akan dihadapi. Baik berangkat dari situasi dan kondisi maupun dari pengalaman sebelumnya. Sedangkan pendekatan berbasis kekuatan merupakan kebalikan dari pendekatan berbasis kekurangan. 

Guru atau seseorang dalam menghadapi sebuah permasalahan, akan selalu berpikir positif dan optimis, sehingga setiap kekurangangan yang ada bukan sebuah masalah, dia akan melihat sisi positif, nilai lebih yang  menjadi aset/kekuatan yang bisa dijadikan faktor pendukung yang mampu mensukseskan berjalannya sebuah acara. 

Dari paradigma positif tersebut, maka dia tidak akan menggantungkan kebutuhan kegiatan itu pada orang lain, tapi mencari peluang bagaimana supaya kebutuhan tersebut bisa diatasi. Dan pendekatan aset ini digunakan sebagai dasar paradigma inquiri apresiatif. Seorang guru sebagai agen of change, pemimpin perubahan, sudah selayaknya menggunakan pendekatan ini melalui inquiri apresitif tahapan BAGJA untuk memulai melakukan transformasi pendidikan.

Ketiga yaitu aset-aset atau modal utama. Ada tujuh aset yang dapat dijadikan salah satu alat membantu mengemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah yaitu modal manusia (kepala sekolah,guru, murid, komite, masyarakat sekitar, dan tenaga kependidikan), modal sosial (norma/aturan yang mengikat, kepercayaan, komunitas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline