Lihat ke Halaman Asli

Indonesia vs Korsel: Belajar dari Kekalahan

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

"Hidup ini adalah belajar, selama hidup di dunia ini maka tidak akan pernah berhenti belajar"

Pepatah diatas semestinya bukanlah hanya sebagai ungkapan sesaat. Jika kita mendalaminya maka pengertian ini akan lebih dalam akan apa artinya. Perjuangan yang sudah ditunjukan oleh Garuda Muda memang layak di apresiasi. Berjalan apik mempertahankan gawang 45 menit pertama adalah bukti nyatanya.

Kembali kepada pengertian pepatah diatas. Belajar berarti ada proses evaluasi dan memperbaiki setiap tahapan. Jadi kekalahan atas Korsel memang seharausnya menjadi pelajaran bagi Pembina, Pelatih, Official, dan pasytinya para pemain.

Melihat perjuangan pasukan Indonesia U-23 militansi dalam lapangan hijau tidak lagi di ragukan. Evan Dimas dkk sudah menunjukan kapasitasnya menjunjung tinggi Merah Putih. Namun, kendornya fokus dari tim garuda Muda memaksa kita harus menyerah 0-4. Kekalahan telak tentunya.

Kita berharap kekalahan ini adalah bagian dari pembelajaran. Jadi jika kita anggap ini adalah sebuah pembelajaran tentu saja kita "tidak melupakannya." Kritik penulis dalam hal ini adalah seringnya kita menyatakan melupakan kekalahan. Tidak. Kita memang harus mengingatnya, namun dalam konteks pembelajaran.

Yang paling jelas nyatanya kekalahan kita adalah pada fisik. Lemahnya kondisi fisik para pejuang muda kita sudah terlihat ketika pertandingan pertama melawan Timor Leste. Walau kita menang 5 gol tanpa balas, asuhan pelatih Aji Santoso ini kedodoran dalam hal fisik.

Lemahnya kondisi fifik akan menghilangkan fokus permainan para pasukan Garuda Muda, sehingga kekalahan pun tak terhindarkan. Kini kita harus mengakui Korsel lebih baik bermain, selanjutnya tentu kita akan berbenah diri.

Penulis yang pernah merasakan kuliah di Pendidikan Kepelatihan Olahraga tidak pernah bosan menyatakan solusi terbaik dari pencapaian prestasi adalah "Pembinaan Usia Muda." Para pembina sepakbola dan tim pelatih tentu jauh lebih tahu, paham, dan mempunyai kapasitas untuk itu. Tinggal mau atau tidak melaksanakannya.

Penulis tidak akan banyak mengulas bagaimana pembinaan usia muda. Namun, jika kita memang mau belajar untuk lebih baik. Ya tidak ada solusi lain dimulai pembinaan usia muda. Jika pembinaan usia muda di mulai sejak sekarang tentu jangka panjang kita akan merakan hasilnya. Ya, paling tidak 10-20 tahun kedepan.

Berani menginvestasikan uang sedemikian besar di awal?

Pembina (PSSI) dan Pemerintah dalam hal ini Menpora  adalah yang punya kebijakan. Jika kita mau belajar maka belajarnya sesungguhnya. Jangan berharap prestasi itu instan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline