Lihat ke Halaman Asli

Sofia Amalia

Mahasiswa

Dengan Memori, hingga Menjadi Ahli

Diperbarui: 25 Februari 2020   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: KoinWorks

Masih ingat dengan pebasket legendaris "Kobe Bryant"?, pencinta basket tentunya tidak asing lagi. Bahkan, ada yang berangan-angan "Seandainya aku ahli dalam bermain basket seperti Kobe Bryant". Jika anda bukan pencinta basket, bayangkan hal yang  anda sukai dan bagaimana jika anda menjadi ahli dalam hal tersebut. Tentunya sangat menyenangkan.

Menjadi ahli dalam bidang yang sedang ditekuni tentu menjadi dambaan setiap orang, begitupun dengan saya. Segala macam cara dilakukan agar meraih predikat "Ahli", ada yang berlomba menempuh pendidikan formal, hingga berburu jutaan pengalaman di lapangan. Karena menjadi "ahli" bukan perkara mudah layaknya penyajian mie instant. Lalu bagaimanakah caranya?

Bukan berniat menggurui atau mengganggap diri "sudah ahli", disini saya hanya akan menyalurkan apa yang sudah saya baca. Dengan harapan "Semoga bermanfaat untuk kita semua"

 Seorang psikolog dunia, John W. Santrock, mengemasnya dalam "Pengetahuan dan Keahlian" (dari bukunya "Perkembangan Anak", Edisi Kesebelas: Jilid 1). Mengapa seorang ahli mampu menyelesaikan sesuatu dengan mudah dibandingkan dengan orang yang lebih "awam"?

Nasional Reserch Council (1999) mengungkap pertanyaan tersebut. Seseorang yang ahli lebih "kompeten" dalam tiga hal.

Mampu mendeteksi makna dari sebuah informasi

Orang yang ahli, cakap dalam menyaring makna dari sebuah informasi. Apalagi informasi tersebut berkenaan dengan bidang yang sangat ia tekuni. Informasi-informasi yang bermakna akan disimpan di dalam memori menjadi pengetahuan baru yang akan digunakan kemudian hari. Selain itu, umumnya para ahli memiliki ingatan superior (daya ingat yang baik) dalam bidang yang mereka "minati".

Mengumpulkan dan mengorganisasikan  pengetahuan dalam suatu cara agar lebih mudah dalam memahami sebuah topik

Teknik ini disebut sebagai Chunking, dimana orang akan mencari cara agar berbagai pengetahuan yang sudah ia kumpul dapat dipahami dengan mudah. Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam hal ini, dikarenakan tingkat pemahaman semua orang berbeda-beda. Contoh sederhananya dapat kita lihat ketika siswa di taman kanak-kanak belajar tentang huruf dan angka. 

Ketika disuruh untuk menghafal semua huruf yang ada, tentunya mereka akan merasa kesulitan. Hal berbeda akan terjadi jika guru mengajarkan dengan memasukan kumpulan-kumpulan huruf kedalam sebuah lagu yang sederhana. Tentu anak-anak dengan mudah mengingat urutan-urutan huruf dalam lagu.

Mudah mengambil kembali aspek penting pengetahuan dari memori

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline