Lihat ke Halaman Asli

Soebarkah

Educator

Kalau Pemimpin Masih Ngurusin Hal Receh, Mungkin Ada yang Salah dengan Sistemnya

Diperbarui: 4 Juni 2025   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemimpin yang sedang membagi tugas timnya (Sumber: Meta AI)

"Kalau Pemimpin Masih Ngurusin Hal Receh, Mungkin Ada yang Salah dengan Sistemnya"

Di balik bisnis yang sehat dan tim yang produktif, ada satu benang merah yang tak bisa dipisahkan: kepemimpinan yang cerdas. Namun seringkali, kita melihat seorang pemimpin atau pengusaha justru terjebak dalam pekerjaan teknis level terbawah---dari ngurus hal remeh, bahkan sampai kerja rodi. Lalu orang-orang bilang, "Wah, pemimpinnya rajin banget, kerja keras!" Tapi benarkah itu cerminan dari kepemimpinan yang hebat?

Sebenarnya, jika seorang pemimpin masih harus menangani urusan yang seharusnya bisa didelegasikan, itu bukan pertanda kehebatan, tapi justru ada lubang dalam sistem kerjanya. Itulah tanda bahwa ada yang tidak beres dalam struktur organisasi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

Delegasi Itu Kunci

Seorang pemimpin sejati bukan yang mengerjakan semuanya, melainkan yang bisa menyusun peta jalan (mind mapping) yang jelas---baik rencana jangka pendek, menengah, maupun panjang---dan mendesain sistem kerja yang dapat berjalan bahkan tanpa kehadirannya. Ia membangun hirarki yang sehat, membagi peran dengan tepat, dan menanamkan rasa kepemilikan kepada setiap orang di timnya.

Delegasi bukan soal melepas tanggung jawab, tapi cara strategis untuk memberdayakan orang lain. Namun tentu saja, delegasi yang berhasil tidak bisa sembarangan. Harus ada sistem yang jelas, pengawasan yang bijak, serta kepercayaan yang dibangun melalui proses yang konsisten.

Pemimpin yang Menumbuhkan

Di sisi lain, pemimpin yang baik bukan hanya soal strategi. Lebih dari itu, ia menciptakan suasana kerja yang nyaman dan aman secara emosional. Ia tahu kapan harus memberi apresiasi atas prestasi, dan tahu cara menyikapi kesalahan tanpa menjatuhkan martabat.

Pemimpin yang hebat tidak mudah marah, tutur katanya santun, dan saat berbagi ilmu, ia melakukannya dengan cara yang "enak"---tidak menggurui, tidak merasa paling tahu, dan terbuka terhadap diskusi. Inilah sosok yang tidak hanya dihormati karena jabatannya, tapi dicintai karena sikap dan keteladanannya.

Pentingnya Belajar Seumur Hidup

Satu lagi ciri penting dari pemimpin yang berkembang: ia tidak pernah berhenti belajar. Dunia terus berubah. Sistem hari ini bisa jadi usang besok. Teknologi, pola pikir, hingga cara kerja semuanya bergerak cepat. Maka, belajar sepanjang hayat (long life learning) bukan hanya keharusan, tapi kebutuhan mutlak agar kepemimpinan tetap relevan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline