Lihat ke Halaman Asli

Becak'e - Mas

Diperbarui: 6 Januari 2016   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Identifikasi

  • Judul “Becak e-Mas
  • Rangka Standar becak dengan no YB2933KT
  • Body kayu
  • Motif bintang bintang di body
  • Sedel
  • Shock sedel
  • Jok Becak
  • Per
  • Ban merek swallow
  • Kunci Ban
  • Dop Ban sepeda
  • Ruji
  • Shock becak
  • Rem
  • Tiang Bendera di kanan kiri rangka
  • Tutup atap
  • Pedal Rantai
  • Pedal kiri turun, kanan agak naik
  • Bel
  • Alumunium Elxtroplating Emas
  • Papan Karya

Deskripsi

Sebuah becak berwarna emas di pinggir trotoar Jl Mangkubumi, di perlintasan satu arah kawasan Malioboro, dan tepat di sebelah utara rel Perlintasan kereta. Adalah karya Rudi Mantofani, dalam sebuah art project,  Antawacana dalam Jogja streetsclupture project. Diletakan dibawah pohon peneduh, dengan posisi karya seperti tukang becak yang memarkir becaaknya untuk menunggu penumpang, dengan gaya khas di pinggir trotoar sebelah barat. Karya ini menghadap ke selatan, dengan sedikit serong ke timur. Konsep visualnya adalah sebuah becak yang seluruhnya terbuat dari emas, berkilau tak seperti becak becak biasanya yang terbuat dari besi yang agak karatan, dengan kayu kayu tua yang agak lapuk. Dan becak ini berbeda, mulai dari jok, rangka sampai dop ban becak pun terbuat dari emas. Dan gambar pemandangan gunung gunung di bagian body becak tidak ada karena sudah berwarna emas.

Pemaknaan

Kode Hermeneutik yang terdapat pada karya Rudi mantofani dengan judul Becak e Mas, dalam bahasa jawa kata becak e- mas dapat mempunyai dua arti yaitu bermaksud becak emas, adalah sebuah becak yang berwarna atau terbuat dari emas atau becak e mas, yaitu sebuah penawaran usaha tukang becak untuk menarik pelanggan dengan berbicara kepada calon calon pelanggan yang lewat. Kenapa kata e terpisah dari kata emas, sehingga mempunyai makna sendiri yaitu “Mas” yang berarti panggilan dari seorang wanita kepada seorang laki laki. Sedangkan semua penarik becak adalah laki laki, dan akan jarang sekali sesama laki laki akan menawarkan sebuah jasa becak dengan kata kata “Becak e mas” . kenapa menggunakan kata kata tersebut ?

Ternyata karya Rudi Mantofani dengan karya becak emasnya ini diletakan di utara rel kereta yang melintasi tengah malioboro, sedangkan di selatan malioboro kemudian arah kebarat maka terdapat sebuah tempat lokalisasi yang terkenal dengan daerah pasar kembang, dan wanita wanita disana dikabarkan biasa menawarkan jasanya dengan, manggil manggil “mas”. Seperti, monggo bermalam disini mas dll. Jika dihubungkan dengan karya becak e-mas, maka wanita wanita yang ada di pasar kembang ini bisa disimpulkan dengan wanita rendahan, dan becak juga demimikian maksudnya adalah alat transportasi yang pengemudinya, yaitu tukang becak sering dicap sebagai golongan tingkat bawah yang sering dianggap remeh, kurang dihargai dan kadang kadang terdapat berita berita yang kurang baik, tentang tukang becak seperti tukang becak banyak yang curang, banyak yang membengkakkan tarif, wisatawan tidak diantar sesuai tujuan dll ini seperti wanita wanita yang berada di pasar kembang yang seringkali dilecehkan dan direndahkan.

Kode visual narasi terlihat pada keseluruhan becak yang berwarna emas, seperti terbuat dari emas dan berkilau, mulai dari dudukan atau kursi emas, kursi emas dalam makna konotatif bisa diartikan sebagai kedudukan yang mulia, kekuasaan yang agung dan bahagia hal ini bisa mengacu kepada kekuasaan Sultan yang menguasai Yogyakarta, yang mempunyai kedudukan tinggi dan mulia di daerah istimewa Yogyakarta, tetapi belakangan ini terdapat sedikit perselisihan diantara kerabat raja tentang siapa pewaris tahta yogyakarta setelah Sultan ke 10.

Atap becak yang juga terbuat dari emas menyimbolkan sebuah rumah atau tempat tinggal yang makmur, yang mempunyai kemuliaan dan keistimewaan maksudnya adalah kota Yogyakarta sendiri, dari laut selatan sampai pucuk gunung merapi terdapat berbagai kemuliaan yang bisa di lihat, didengarkan dan dirasakan, Yogyakarta adalah bumi yang makmur, tanahnya subur, rakyatnya penuh pengabdian, mempunyai bentang alam yang luarbiasa, dan pada pusat kotanya sendiri di jogja sangat terkenal dengan kota pelajar, kota penuh kenangan kota yang sahdu, banyak orang perantauan pun merasa memiliki jogja, seperti lagu milik Kla Project, yang berjudul Yogyakarta “ Setiap sudut kota memiliki makna” atap, atap dikota jogja bisa juga di maknai seperti atap kereta kereta keraton yang hanya bisa dinaiki oleh kerabat raja, terdapat emas pada bagian tersebut. Dan penumpang kereta ini sangat khusus, hanya untuk kerabat raja saja.

Sedangkan roda emas, pada becak, roda adalah simbol kehidupan sedangkan roda emas bisa dimaknai sebagai kehidupan di kota Yogyakarta yang walaupun dalam posisi dibawah tetap mendapat kemuliaan, dan yang terdapat diatas juga tetap mendapat kemuliaan yang sama, dengan roda merek Swallow. Swallow lebih terkenal dengan sandal jepit yang biasa dipakai oleh kalangan rakyat karena harganya terjangkau dan nyaman, dari dua makna konotasi diatas bisa disatukan menjadi satu makna bahwa di kota yogyakarta sendiri antara golongan masyarakat bawah sampai masyarakat atas sama sama dihargai, sama sama mendapat kemuliaan dan tidak ada diskriminasi diantara keduanya. Dan tukang becak adalah termasuk dari golonngan rakyat yang seharusnya juga mendapatkan sebuah kemuliaan yang sama juga walaupun mereka berada di bawah.

Body becak yang itu itu saja dan tidak berkembang secara signifikan dan terbuat dari emas adalah sebuah simbol mempertahankan sebuah kesederhanaan yang dalam kesederhanaan tersebut terdapat sebuah kemuliaan dan keistimewaan. Jika dilihat dari kondisi kota jogja sendiri kemarin kemarin sempat terjadi pemberontakan mengenai kebijakan pemerintah kota jogja yang begitu mudahnya melegalkan izin pendirian hotel hotel di yogyakarta dalam gerakan JOGJA ORA DIDOL, masyarakat tampaknya lebih menyukai jogja yang dulu, kota jogja yang tetap memelihara budaya dan tidak termakan modernitas berlebihan yang hanya menyengsarakan rakyat, masyarakat lebih senag dengan tidak adanya bangunan bangunan kapitalis yang mengeringkan sumur sumur mereka. Masyarakat lebih suka jogja yang tidak macet, penuh andong dan becak, bukan penuh mobil dan motor yang semrawut dan menambah polusi, masyarakat lebih memilih jogja yang dulu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline