Lihat ke Halaman Asli

Skolastika Sylvia C. H.

Biology Undergraduate Student

Cumi-Cumi Vampir dari Neraka: Vampyroteuthis infernalis

Diperbarui: 31 Desember 2021   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vampyroteuthis infernalis [Sumber: Monterey Bay Aquarium Research Institute]

Dengan nama Latin Vampyroteuthis infernalis yang apabila diterjemahkan memiliki arti cumi-cumi vampir dari neraka, tentunya langsung terbayang suatu makhluk hidup penghuni laut dalam dengan penampakan mengerikan yang menyerupai monster. Akan tetapi, berbeda dengan arti nama ilmiahnya, cumi-cumi vampir ini ternyata bukanlah seekor cumi-cumi maupun suatu makhluk yang memiliki hasrat untuk menghisap darah mangsanya.

Nama Latin dari cumi-cumi vampir berasal dari karakteristik morfologinya yang meliputi kulit yang berwarna hitam pekat hingga merah pucat, mata berwarna biru es yang tampak merah di kondisi penerangan tertentu, serta empat pasang lengan yang dihubungkan dengan suatu selaput sehingga bentuknya menyerupai suatu jubah. Lengan dari cumi-cumi vampir ini juga memiliki sucker serta struktur yang menyerupai jari yang disebut sebagai cirri pada bagian distalnya. Sekilas, karakteristik morfologi dari Vampyroteuthis infernalis ini membuatnya menyerupai hewan cephalopod lainnya, seperti gurita dan cumi-cumi.

Bagian distal Vampyroteuthis infernalis [Sumber: Monterey Bay Aquarium Research Institute] 

Walaupun demikian, Vampyroteuthis infernalis dikelompokkan ke dalam ordo tersendiri (Vampyromorpha) dan menjadi anggota satu-satunya. Hal ini dikarenakan cumi-cumi vampir memiliki empat pasang lengan layaknya gurita. Akan tetapi, Vampyroteuthis infernalis tidak memiliki feeding tentacle layaknya pada cumi-cumi. Karakteristik yang membedakan cumi-cumi vampir dari kedua hewan cephalopod ini adalah keberadaan sepasang filamen sensorik yang retractable yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan mangsa ataupun predator. Karakteristik morfologi yang unik ini membuat Vampyroteuthis infernalis sebagai spesies intermediet yang menghubungkan proses evolusi dari kelompok Octopodiformes dan Decapodiformes sehingga cumi-cumi vampir kerap dianggap sebagai nenek moyang purba dari garis keturunan Cephalopoda.

Filamen sensorik Vampyroteuthis infernalis [Sumber: Monterey Bay Aquarium Research Institute]

Vampyroteuthis infernalis tersebar secara global pada area Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia dengan iklim sedang serta tropis. Hidup pada kedalaman 600 hingga 3300 meter berarti bahwa cumi-cumi vampir ini hidup di dalam zona minimum oksigen atau oxygen minimum zone (OMZ) dengan konsentrasi oksigen sekitar 0,4 ml/l. Tidak hanya itu, suhu pada zona ini juga rendah dengan kisaran 2 hingga 6 sehingga cumi-cumi vampir memerlukan bentuk adaptasi yang sesuai untuk bertahan hidup di kondisi yang ekstrem tersebut.

Bentuk adaptasi yang dimiliki oleh Vampyroteuthis infernalis ini berupa penekanan laju metabolisme aerobik, penggunaan hemosianin yang memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen, serta kemampuan untuk mempertahankan neutral buoyancy untuk meminimalisir penggunaan energi untuk berenang. Selain itu, bentuk adaptasi lainnya berupa penggunaan filamen sensorik retraktil untuk menangkap detritus atau hasil dekomposisi dari materi karbon dari perairan dangkal yang tenggelam menuju laut dalam yang tampak seperti salju sehingga disebut sebagai marine snow. Selain itu, cumi-cumi vampir juga memangsa hewan kecil lain, seperti plankton dan udang. Warna tubuh cumi-cumi vampir yang gelap juga berperan dalam melindungi dirinya dari ancaman predator.

Tidak hanya itu, Vampyroteuthis infernalis juga memiliki kemampuan bioluminescence melalui organ-organ yang dapat memancarkan cahaya sebagai bagian dari bentuk adaptasinya untuk bertahan hidup di laut dalam. Organ ini terletak pada bagian dasar kedua siripnya, di belakang kedua matanya, serta pada keseluruhan permukaan tubuhnya. Selain itu, ekspresi bioluminescence juga ditemukan di ujung tiap lengannya serta melalui sekresi cairan berpendar dari ujung lengannya. Ekspresi ini berperan untuk memikat perhatian mangsa serta untuk mengelabui predatornya

Ujung lengan Vampyroteuthis infernalis berpendar di bawah mikroskop fluorescence [Sumber: Robinson dkk. 2003: 108] 

Bagaimana, menarik bukan? Hewan penghuni laut dalam dengan nama yang menyeramkan ini bahkan bukan seekor predator yang aktif, melainkan seekor detritivor yang terus berlindung dari predator. Keberadaan dari cumi-cumi vampir Vampyroteuthis infernalis akan terus megingatkan kita dengan pepatah "don't judge a book by its cover".

REFERENSI

Golikov, A.V., F.R. Ceia, R.M. Sabirov, J.D. Ablett, I.G. Gleadall, G. Gudmundsson, H.J. Hoving, H. Judkins, J. Plsson, A.L. Reid, R. Rosas-Luis, E.K. Shea, R. Schwarz & J.C. Xavier. 2019. The first global deep-sea stable isotope assessment reveals the unique trophic ecology of vampire squid Vampyroteuthis infernalis (Cephalopoda). Scientific Reports 9(2019): 1---13.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline