Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Pangestuning Bhumi: Kala Senja Mengecup Jingga di Langit Plaosan

Diperbarui: 3 Februari 2021   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan Akrilik

jika Borobudur adalah Bhumisambhara,
Prambanan adalah Sivagrha,
maka masih gelap bagiku menemukan nama kuna untuk Plaosan

yang kutahu hanya
ia adalah Si Kembar Selatan dan Utara
Sang Utara penuh berukir indah perempuan di reliefnya
Sang Selatan sesak berpahat gagah lelaki di tubuh batunya
Plaosan Lor
Plaosan Kidul

jika aku di tengah-tengahnya dan memandang angkasa saat gulita
bulan Desember, sebelum Surya mengudarakan cahaya,
maka bintang Agastya akan berkedip menggoda di langit Selatan
di atas Plaosan Lanang
dan oleh karenanya arah Utara segera bisa kutentukan

yang kutahu hanya
ia adalah bukti cinta putra Wangsa Sanjaya yang dibangun untuk
putri utama Samarattungga Wangsa Syailendra

cinta Rakai Pikatan adalah asmara yang merengkuh
cinta Pramodhawardani adalah kasih yang teduh
cinta mereka adalah peleburan sekaligus perpaduan
Hindu Siwa dan Budha

sore ini kau rengkuh bahuku
rambutku kau beri hiasan ~ bianglala
langit Barat merah tembaga berangsur jingga
di Plaosan senja mengecup jingga
menyisakan deru di jantung kita

lalu perlahan bisikmu menyentuh telinga
"Pangestuning Ibu, Pangestuning Bhumi"

Parung Mulya, 2 Februari 2021

Agastya: nama lain bintang Canopus;

Pangestuning: restu dari;

Puisi ini lahir dari karya lukis cat akrilik sahabat puisiku alumni kelas menulis Dee Lestari Semut Merah, Maitra.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline